RIZKIE ABANGNYA ERIEL PUTRA ASLI LUBUKLINGGAU

Wednesday, June 1, 2016

Proposal Penelitian Penyakit Malaria





BAB I
P E N D A H U L U A N


A.  LATAR BELAKANG

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah endemis, yang sangat mempengaruhi angka kesakitan dan kematian pada bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Umumnya, penderita malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan mengancam status kesehatan masyarakat golongan ekonomi lemah. Oleh karena itu, malaria masih dipandang sebagai penyakit “rakyat”.
Malaria merupakan penyakit protozoa yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Nyamuk Anopheles adalah vector siklik satu-satunya dari penyakit malaria pada manusia. Nyamuk ini relative sulit dibedakan dengan jenis nyamuk lainnya, kecuali jika kita menggunakan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat dengan mata telanjang adalah posisi nyamuk Anopheles pada waktu menggigit / menusuk kulit manusia, yaitu dengan posisi menungging. Nyamuk Anopheles ini akan menggigit/menusuk kulit manusia pada malam hari apalagi ketika berada di luar rumah, sesudah menghisap darah manusia nyamuk malaria ini akan beristirahat di dinding dalam rumah yang gelap dan lembab seperti di belakang lemari, di bawah kolong tempat tidur, dan lain-lain.
Kejadian Malaria akan meningkat seiring dengan tingginya curah hujan, karena akan terbentuk banyak genangan air disekitar lingkungan yang merupakan tempat ideal untuk perindukan nyamuk Anopheles. Dengan bertambahnya tempat perindukan nyamuk Anopheles, maka populasi nyamuk tersebut juga bertambah sehingga jumlah penularannya akan bertambah pula.
Penanggulangan penyakit Malaria Tropika harus diakukan secara komperhensif dengan upaya promotif, preventif dan kuratif dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah KLB. Untuk mencapai hasil yang optimal, upaya preventif dan kuratif tersebut harus dilaksanakan dengan berkualitas dan terintegrasi dengan program lainnya. Penitikberatan pada pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti mengadakan penyuluhan, pembekalan pengetahuan tentang penyakit Malaria Tropika dan peningkatan survey di lapangan diharapkan akan memberikan kontribusi langsung dalam melepaskan beban para penderita Malaria Tropika.

B.  IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana Pengaruh Pengetahuan terhadap tingginya Prevalensi Penyakit
Malaria
2. Bagaimana Pengaruh Perilaku terhadap tingginya Prevalensi Penyakit
Malaria.
3. Bagaimanakah daur hidup Plasmodium falciparum itu hingga dapat menimbulkan penyakit Malaria Tropika (Malaria Falciparum) ?
4. Berapa prevalensi penyakit Malaria Falciparum pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura?

C.PEMBATASAN MASALAH
Di Proposal ini mengetahui prevalensi penyakit Malaria Tropika (Malaria Falciparum) sebagai contohnya di Puskesmas Hedam-Abepura. Berdasarkan data, didapatkan bahwa kejadian Malaria Tropika (Malaria Falciparum) pada tahun 2009  di Puskesmas Hedam cenderung tinggi pada kelompok umur 1-4 tahun dan 20-44 tahun dibandingkan dengan kelompok umur >45 tahun; Penyakit malaria ini juga lebih sering terjadi pada orang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan orang berjenis kelamin perempuan. Malaria Tropika (Malaria Falciparum) banyak menyerang anak usia balita (1-4 tahun) dikarenakan anak balita mempunyai daya tahan tubuh (imunitas) yang lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Dan usia 20-44 tahun dikarenakan gaya hidupnya yang tidak sehat seperti masih berada di luar rumah di atas pukul 5-6 sore untuk bercerita, sehingga tanpa disadari mereka digigit oleh nyamuk malaria, tidak menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal sehingga menyebabkan nyamuk Anopheles memiliki tempat perkembangbiakan di sekitar rumah.
D.PERUMUSAN MASALAH
·         Bagaimanakah daur hidup Plasmodium falciparum itu hingga dapat menimbulkan penyakit Malaria Tropika (Malaria Falciparum) ?
·         Berapa prevalensi penyakit Malaria Falciparum pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura?

E.TUJUAN PENELITIAN

  •  TUJUAN UMUM

           Untuk  memperoleh gambaran penyakit Malaria Tropika (Malaria Falciparum) pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura.
  •    TUJUAN KHUSUS
            Untuk mengetahui bagaimana daur hidup Plasmodium falciparum hingga dapat menyebabkan penyakit Malaria Tropika pada manusia.
2.      Untuk mengetahui prevalensi penyakit Malaria Tropika pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura.

E.KEGUNAAN PENELITIAN

  • Untuk Instansi Terkait (Puskesmas Hedam Kecamatan Heram Abepura)
          Agar pihak puskesmas tidak hanya sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja tetapi juga memberikan pembekalan pengetahuan kepada pasien tentang penyakit malaria terlebih penyakit Malaria Tropika karena merupakan jenis penyakit malaria yang berbahaya
  • Untuk Masyarakat
          Agar masyarakat Abepura dan sekitarnya lebih menjaga kebersihan lingkungan karena jika lingkungan dibiarkan kotor begitu saja dapat menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk malaria. Dengan menjaga kebersihan lingkungan diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit Malaria Tropika.

BAB II
LANDASAN TEORI & HIPOTESIS

A.LANDASAN TEORI
·      DEFINISI MALARIA & MALARIA FALCIPARUM
Istilah malaria diambil dari dua kata Bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk. Karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Berikut ini adalah beberapa difinisi penyakit malaria dan Malaria Falciparum :
Malaria adalah penyakit infeksi parasite yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria ini memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegaly. Dapat berlangsung akut ataupun kronik (Paul N. Harijanto, 2006).
Malaria adalah penyakit menular endemik di banyak daerah hangat di dunia, disebabkan oleh protozoa obligat seluler genus Plasmodium, biasanya ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Penyakit ini ditandai dengan keadaan ta berdaya dengan demam tinggi paroksismal, serangan menggigil, berkeringat, anemia dan splenomegaly yang dapat menyebabkan kematian, sering menyebabkan komplikasi berat, malaria selebral dan anemia. Interval antara tiap serangan kadangkala periodik, ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk berkembangnya satu generasi baru parasit di dalam tubuh. Setelah permulaan penyakit ini, dapat diikuti perjalanan penyakit yang kronik atau baik. Disebut jugaplaudism. Nama lamanya mencakup ague dan jungle, malarial (Kamus Kedokteran DORLAND, edisi 29, hal. 1279).
Malaria Falciparum adalah malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, dengan demam paroksismal yang ireguler. Ini dihubngkan dengan keadaan parasite tertinggi dalam darah dan merupakan bentuk malaria terparah, kadang fatal. Malaria ini sering dikaitkan dengan gejala pernisiosa, yang terjadi sebagai akibat penumpukkan dan pembentukkan mikroinfark dalam kapiler yang mengandung eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falciparum stadium lanjut. Ini dapat terjadi pada otak, hati, kelenjar adrenal, traktus gastroin testinal, ginjal, paru, atau organ lain. Disebut jugamalignant tertian malaria dan pernicious malaria (Kamus Kedokteran DORLAND, edisi 29, hal. 1279).
Malaria Falciparum adalah jenis malaria paling berbahaya dan disebabkan oleh parasitPlasmodium falciparum. Malaria Falciparum berkaitan dengan kadar tinggi parasit dalam darah dan mempunyai tingkat kematian dan komplikasi paling tinggi diantara semua jenis malaria. Sel darah merah yang terinfeksi dengan parasit cenderung akan kotor dan menyebabkan mikroinfarksi (daerah kecil jaringan mati karena kekurangan oksigen) dalam kapiler otak, liver, kelenjar adrenal, sistem usus, ginjal, paru-paru dan organ lainnya. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit menggunakan medikasi intravena (Kamus Kedokteran Webster’s New World, edisi ketiga, hal. 322).

Ada empat spesies dari genus Plasmodium yang dapat menimbulkan infeksi pada manusia. Keempat spesies ini adalah :
1.      Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum penyebab penyakit Malaria Tropika / Malaria Falciparum (Welch, 1897). Masa sporulasinya setiap 1-2 x 24 jam. Dengan gejala demam timbul tak menentu. Sel darah merah yang diinfeksi tidak membesar, infeksi multiple dalam sel darah merah sangat khas. Adanya bentuk-bentuk cincin halus yang khas dengan titik kromatin rangkap walaupun tidak ada gametositnya kadang-kadang cukup untuk identifikasi spesies ini. Dua titik kromatin (nucleus) sering dijumpai pada bentuk cincinPlasmodium falciparum, sedangkan pada Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae hanya kadang-kadang. Sizonnya lonjong atau bulat, jarang sekali ditemukan di dalam darah. Sizon ini menyerupai sizon Plasmodium vivax, tetapi tidak mengisi seluruh eritrosit. Sizon matang biasanya mengandung 16-24 merozoit kecil. Gametosit yang muda mempunyai bentuk lonjong sehingga memanjangkan dinding sel. Di dalam sel yang dihinggapi Plasmdium falciparum sering tampak titik-titik basophil yang biru dan presipitat sitoplasma yang disebut titik-titik Maurer. Titik-titik ini tampak sebagai bercak-bercak merah yang bentuknya tidak teratur, sebagai kepingan-kepingan atau batang-batang dalam sitoplasma.

2.    Plasmodium vivax
Plasmodium vivax penyebab penyakit Malaria Tertiana. Plasmodium vivax diberi nama oleh Grassi dan Fletti pada tahun 1890. Masa sporulasinya setiap 2 x 24 jam. Warna eritrosit yang dihinggapi oleh Plasmodium vivax menjadi pucat, karena kekurangan hemoglobin dan membesar. Oleh karena Plasmodium vivax mempunyai afinitas untuk retikulosit besar, maka pembesarannya pun tampak lebih nyata daripada sebenarnya. Tropozoit muda tampak sebagai cakram dengan inti pada satu sisi, sehingga merupakan cincin stempel. Bila tropozoit tumbuh, maka bentuknya menjadi tidak teratur, berpigmen halus dan menunjukkan gerakan emeboid yang jelas. Setelah 36 jam ia mengisi lebih dari setengah sel darah merah yang membesar itu. Intinya membelah dan menjadi sizon. Gerakannya menjadi kurang, mengisi hampir seluruh sel yang membengkak, dan mengandung pigmen yang tertimbun di dalam sitoplasma. Setelah hampir 48 jam sizon mencapai ukuran maksimum, yaitu 8-10 mikron dan mengalami segmentasi. Pigmen berkumpul dipinggir, inti yang membelah dengan bagian-bagian sitoplasma membentuk 16-18 sel, berbentuk bulat atau lonjong, berdiameter 1,5-2 mikron yang disebut merozoit.
Mikrogametosit mempunyai inti yang berwarna merah muda pucat dan sitoplasma berwarna biru pucat. Mikrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dengan inti yang padat dan letaknya biasanya di bagian pinggir dari parasit. Dengan pewarnaan, butir-butir halus, bulat, uniform, merah muda atau kemerah-merahan (titik schuffner) sering tampak di dalam sel yang diinfeksi oleh Plasmodium vivax.

3.    Plasmodium malariae
Plasmodium malariae penyebab penyakit Malaria Kuartana. Plasmodium malariae telah dilukiskan pada tahun 1880 oleh Laveran. Masa sporulasinya 3 x 24 jam.Plasmodium malariae berukuran lebih kecil, kurang aktif, jumlahnya lebih sedikit dan memerlukan lebih sedikit hemoglobin dibandingkan dengan Plasmodium vivax. Bentuknya seperti cincin, mirip dengan cincin Plasmodium vivax hanya saja sitoplasma Plasmodium malariae lebih biru dan parasitnya lebih kecil, lebih teratur dan lebih padat.
Tropozoit yang sedang tumbuh mempunyai butir-butir kasar berwarna tengguli tua atau hitam. Parasit ini dapat berbentuk seperti pita yang melintang pada sel, mengandung kromatin seperti benang dan kadang-kadang ada vakuolanya. Pigmen kasar berkumpul di pinggirnya. Dalam 72 jam sizon menjadi matang dan bersegmentasi, hampir mengisi seluruh sel darah merah yang tidak membesar. Parasit menyerupai bunga serunai atau roset dengan pigen hijau tengguli yang padat, dikelilingi oleh 8-10 merozoit lonjong, masing-masing dengan kromatin berwarna merah dan sitoplasma biru. Di dalam sel yang mengandung Plasmodium malariaebutir-butir kecil merah muda (titik zemann) kadang-kadang dapat diperlihatkan. Gametositnya mirip dengan gametosit Plasmodium vivax, tetapi lebih kecil dan pigmennya kurang.

4.    Plasmodium ovale
Plasmodium ovale penyebab penyakit Malaria Ovale. Plasmodium ovale ditemukan oleh Stephens pada tahun 1922. Masa sporulasinya setiap 48 jam dan tidak terdapat di Indonesia. Sel darah merah yang dihinggapi sedikit membesar, berbentuk lonjong, mempunyai titik-titik schuffner yang besar pada stadium dini. Sel darah merah dengan bentuknya yang tidak teratur dan bergigi adalah khas guna membuat diagnosis spesies Plasmodium ovale. Pigmen tersebar di seluruh parasit yang sedang tumbuh sebagai butir-butir tengguli kehijauan dan mempunyai corak jelas. Pada sizonmatang yang hampir mengisi seluruh eritrosit, pigmen ini terletak di tengah-tengah.Plasmodium ovale menyerupai Plasmodium malariae dalam bentuk sizon muda dantropozoit yang sedang tumbuh, walaupun ia tidak membentuk pita. Sizon matang mempunyai pigmen padat dan biasanya mengandung 8 merozoit. Pada sediaan darah tebal, sangat sukar untuk membedakan Plasmodium ovale dengan Plasmodium malariae kecuali bila titik schuffnernya kelihatan.

·      DAUR HIDUP PLASMODIUM FALCIPARUM
Plasmodium falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya dibandingkan dengan jenis Plasmodium lain yang menginfeksi manusia (Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale)Plasmodium falciparum adalah penyebab penyakit Malaria Tropika atau Malaria Falciparum, yaitu jenis penyakit malaria yang paling banyak menyebabkan kesakitan dan kematian diantara jenis penyakit malaria lainnya. Gejalanya biasanya timbul 10-16 hari setelah terinfksi oleh nyamuk. Gejala yang nampak adalah rasa menggigil, demam, pusing, berkeringat dan gejala ini biasanya lebih tahan lama. Juga terjadi edema (adanya cairan berlebih) pada otak dan paru-paru serta terhambatnya kegiatan ginjal. Bila tidak diobati, dapat mengakibatkan kematian karena Plasmodium falciparum mempunyai laju kematian yang tinggi.
Dalam siklus hidupnya, Plasmodium falciparum mempunyai dua hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual dalam hospes vertebrata (manusia) disebut skizogoni, dan siklus seksual membentuk sporozoit di dalam tubuh nyamuk disebut sporogoni.

Skizogoni
Pada siklus aseksual ini, sporozoit yang infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, ditusukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata (manusia). Dalam waktu 30 menit, sporozoit memasuki sel parenkim hati dan memulai stadium eksoeritrositik karena belum masuk ke dalam sel darah merah (eritrosit). Dalam sel hati, parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit. Sel hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas masuk ke sel darah merah. Masuknya merozoit ke sel darah merah disebut stadium eritrositik. Sebagian besar difagositosis tetapi sebagian kecil berhasil memasuki sel hati yang baru untuk mengulangi daur eksoeritrositik.
Dalam sel darah merah mulai tampak adanya kromatin kecil yang dikelilingi oleh sitoplasma tipis Plasmodium yang membentuk cincin. Bentuk cincin ini kemudian berkembang menjadi bentuk ameboid. Bentuk cincin dan ameboid adalah tropozoitdalam sel darah merah (eritrosit), tumbuh menjadi sizon merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan merozoit akan pecah sehingga merozoit, pigmen dan sisa sel keluar memasuki plasma darah. Sebagian merozoit yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel darah merah untuk mengulangi daur skizogoni. Sedangkan merozoit yang lainnya kemudian membentuk gametosit untuk memasuki stadium seksual (Kus Irianto, 2009).
  
Sporogoni
Sporogoni merupakan stadium seksual yang terjadi di dalam tubuh nyamuk. Pada saat nyamuk menghisap darah, gametosit tidak dicerna bersama sel-sel darah. Pada gamet betina (makrogamet) titik kromatin membagi diri menjadi 6-8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Sedangkan gamet jantan (mikrogamet) terbentuk beberapa filamen seperti cambuk, sehingga dapat bergerak aktif, didesak keluar dan lepas dari sel induk, proses ini disebut eksflagelasi. Sementara itu, makrogamet menjadi matang sebagai makrogametosit. Perkembangan gametosit berlangsung dalam rongga perut nyamuk.
Fertilisasi (pembuahan) terjadi karena masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet untuk membentuk zigot. Dalam waktu 12-24 jam setelah nyamuk Anopheles menghisap darah manusia, lalu zigot berubah menjadi bentuk seperti cacing yang disebut ookinet yang dapat menembus dinding lambung nyamuk. Selanjutnya, ookinettumbuh menjadi ookista yang berbentuk bulat. Di dalam ookista terbentuk ribuan sporozoit, sehingga ookista pecah. Dengan pecahnya ookista , sporozoit dilepaskan ke dalam rongga badan dan selanjutnya bergerak ke seluruh jaringan nyamuk. Beberapa sporozoit mencapai kelenjar ludahnya. Bila nyamuk menggigit/menusuk kulit kita, maka sporozoit bersama air ludah masuk ke dalam darah dan jaringan kemudian dimulailah siklus praeritrositik. Daur sporogoni di dalam nyamuk, berlangsung selama 8-12 hari (Kus Irianto, 2009).


B.HIPOTESIS

·      Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit malaria termasuk Malaria Tropika diantaranya :
1.      Parasit Malaria
Penyakit Malaria Tropika disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum. Ciri utamanya, memiliki 2 siklus hidup, yaitu :
·         Siklus Aseksual dalam hospes vertebrata (manusia), yang disebut skizogoni;
·         Siklus Seksual dalam tubuh nyamuk yang disebut sporogoni.

2.    Faktor Inang (Penjamu)
Penyakit malaria (termasuk Malaria Tropika) mempunyai 2 inang (penjamu), yaitu :
  •  Manusia sebagai penjamu intermediate

Faktor yang mempengaruhi antara lain : jenis kelamin (pada ibu hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat), imunitas, penghasilan, perumahan, pemakaian kelambu dan obat anti nyamuk.
  • Nyamuk Anopheles sebagai penjamu definitive

Nyamuk Anopheles sebagai vector penyebab menularnya penyakit malaria. Nyamuk ini membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau genangan air yang mengalir perlahan untuk meletakkan telur-telurnya, atau sebagai tempat untuk berkembang biak. Biasanya nyamuk Anopheles ini, aktif mencari darah mulai senja hari hingga tengah malam.
·      CARA PENULARAN MALARIA TROPIKA
Penyakit malaria, termasuk Malaria Tropika ditularkan dengan 2 cara, yaitu :
      1.      Secara alamiah

Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria (Prabowo, 2004). Pada saat menghisap darah manusia, sporozoit dan air liur nyamuk yang mengandung Plasmodium falciparum masuk ke peredaran darah tubuh manusia selama kurang lebih  ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati. Setelah 1-2 minggu digigit, parasite kembali masuk ke dalam darah dan menyerang sel darah merah lalu memakan hemoglobin yang membawa oksigen di dalam darah. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium falciparum ini, menyebabkan timbulnya gejala demam disertai menggigil dan juga menyebabkan anemia (Depkes, 2003). Nyamuk Anopheles yang menggigit orang sehat, maka parasit itu akan dipindahkan ke tubuh orang sehat sehingga menjadi sakit
2.      Secara Non-Alamiah
Penularan secara non-alamiah terjadi jika tidak melalui gigitan nyamuk Anopheles. Beberapa contoh penularan Malaria Tropika secara non-alamiah antara lain :
·         Malaria bawaan (kongenital)
Malaria bawaan (kongenital) adalah malaria pada bayi baru lahir yang ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Selain melalui plasenta, penularan malaria tropika dari ibu kepada bayinya juga dapat melalui tali pusat. Gejalanya berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering menangis dan rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia,  tidak mau makan ataupun minum, serta kulit dan selaput lendir berwarna kuning. Keadaan ini harus dibedakan dengan infeksi kongenital lainnya, seperti toxoplasmosis, rubella, sifillis kongenital dan anemia hemolitik.
·         Penularan mekanik (transfusion malaria)
Transfusion malaria adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui transfuse darah (donor darah)  dari pendonor yang terinfeksi malaria. Parasit malaria dapat hidup selama tujuh hari dalam darah donor.
·             Pemakaian jarum suntik yang tidak steril secara bersama-sama pada pecandu narkoba  atau melalui transplantasi organ. Biasanya, masa inkubasi transfusion organ lebih singkat dibandingkan infeksi malaria secara alamiah.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.  TEMPAT & WAKTU

1.      Tempat

                Penelitian di Puskesmas Hedam Abepura
         2.    Waktu  :   Penelitiannya adalah pada tanggal 12 April 2012.
B.METODE PENELITIAN
Penelitian Deskriptive (menggambarkan). Dengan menggunakan desain penelitian Case Control, karena desain ini bersifat retrospektif, yaitu menelusuri ke belakang penyebab yang dapat menimbulkan suatu penyakit dimasyarakat.
C.INSTRUMEN PENELITIAN
adalah Kuesioner













DAFTAR PUSTAKA


1.      Chandra, Budiman Dr. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2.      Entjang, Indan dr. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
A.    Harijanto,P,N., Nugroho, Agung., Gunawan, A, Carta (ed). 2010. Malaria dari Molekuler ke Klinis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
B.     Irianto, Kus.2009. Parasitologi Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia. Bandung : Yrama Widya.
C.     Saryono, SKp, M. Kes. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendekia Press.
D.    Sudoyo, Aru., Setioyohadi, Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata, Marcellus., Setiati, Siti (ed). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.

No comments:

Post a Comment