BAB I
P E N D A H U L U A N
A. LATAR BELAKANG
Malaria adalah penyakit
infeksi parasit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di
daerah endemis, yang sangat mempengaruhi angka kesakitan dan kematian pada
bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta dapat menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB). Umumnya, penderita malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil
dan mengancam status kesehatan masyarakat golongan ekonomi lemah. Oleh karena
itu, malaria masih dipandang sebagai penyakit “rakyat”.
Malaria merupakan penyakit
protozoa yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Nyamuk Anopheles
adalah vector siklik satu-satunya dari penyakit malaria pada manusia. Nyamuk
ini relative sulit dibedakan dengan jenis nyamuk lainnya, kecuali jika kita
menggunakan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat dengan mata
telanjang adalah posisi nyamuk Anopheles pada waktu menggigit / menusuk kulit
manusia, yaitu dengan posisi menungging. Nyamuk Anopheles ini akan
menggigit/menusuk kulit manusia pada malam hari apalagi ketika berada di luar
rumah, sesudah menghisap darah manusia nyamuk malaria ini akan beristirahat di
dinding dalam rumah yang gelap dan lembab seperti di belakang lemari, di bawah
kolong tempat tidur, dan lain-lain.
Kejadian Malaria akan
meningkat seiring dengan tingginya curah hujan, karena akan terbentuk banyak
genangan air disekitar lingkungan yang merupakan tempat ideal untuk perindukan
nyamuk Anopheles. Dengan bertambahnya tempat perindukan nyamuk Anopheles, maka
populasi nyamuk tersebut juga bertambah sehingga jumlah penularannya akan
bertambah pula.
Penanggulangan penyakit
Malaria Tropika harus diakukan secara komperhensif dengan upaya promotif,
preventif dan kuratif dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian
serta mencegah KLB. Untuk mencapai hasil yang optimal, upaya preventif dan
kuratif tersebut harus dilaksanakan dengan berkualitas dan terintegrasi dengan
program lainnya. Penitikberatan pada pelayanan kesehatan yang berkualitas
seperti mengadakan penyuluhan, pembekalan pengetahuan tentang penyakit Malaria
Tropika dan peningkatan survey di lapangan diharapkan akan memberikan
kontribusi langsung dalam melepaskan beban para penderita Malaria Tropika.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana Pengaruh Pengetahuan
terhadap tingginya Prevalensi Penyakit
Malaria
2. Bagaimana Pengaruh Perilaku
terhadap tingginya Prevalensi Penyakit
Malaria.
3. Bagaimanakah daur hidup Plasmodium
falciparum itu hingga dapat menimbulkan penyakit Malaria Tropika
(Malaria Falciparum) ?
4. Berapa prevalensi penyakit Malaria
Falciparum pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura?
C.PEMBATASAN MASALAH
Di Proposal ini mengetahui
prevalensi penyakit Malaria Tropika (Malaria Falciparum) sebagai contohnya di
Puskesmas Hedam-Abepura. Berdasarkan data, didapatkan bahwa kejadian Malaria
Tropika (Malaria Falciparum) pada tahun 2009 di Puskesmas Hedam cenderung
tinggi pada kelompok umur 1-4 tahun dan 20-44 tahun dibandingkan dengan
kelompok umur >45 tahun; Penyakit malaria ini juga lebih sering terjadi pada
orang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan orang berjenis kelamin perempuan.
Malaria Tropika (Malaria Falciparum) banyak menyerang anak usia balita (1-4
tahun) dikarenakan anak balita mempunyai daya tahan tubuh (imunitas) yang lebih
rendah dibandingkan orang dewasa. Dan usia 20-44 tahun dikarenakan gaya
hidupnya yang tidak sehat seperti masih berada di luar rumah di atas pukul 5-6
sore untuk bercerita, sehingga tanpa disadari mereka digigit oleh nyamuk
malaria, tidak menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal sehingga
menyebabkan nyamuk Anopheles memiliki tempat perkembangbiakan di sekitar rumah.
D.PERUMUSAN MASALAH
·
Bagaimanakah daur hidup Plasmodium
falciparum itu hingga dapat menimbulkan penyakit Malaria Tropika
(Malaria Falciparum) ?
·
Berapa prevalensi penyakit
Malaria Falciparum pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura?
E.TUJUAN PENELITIAN
- TUJUAN UMUM
Untuk memperoleh gambaran
penyakit Malaria Tropika (Malaria Falciparum) pada usia produktif di Puskesmas
Hedam Kec. Heram Abepura.
- TUJUAN KHUSUS
Untuk mengetahui
bagaimana daur hidup Plasmodium falciparum hingga dapat
menyebabkan penyakit Malaria Tropika pada manusia.
2. Untuk mengetahui prevalensi penyakit Malaria
Tropika pada usia produktif di Puskesmas Hedam Kec. Heram Abepura.
E.KEGUNAAN PENELITIAN
- Untuk Instansi Terkait (Puskesmas Hedam Kecamatan Heram Abepura)
Agar pihak puskesmas
tidak hanya sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja tetapi juga memberikan
pembekalan pengetahuan kepada pasien tentang penyakit malaria terlebih penyakit
Malaria Tropika karena merupakan jenis penyakit malaria yang berbahaya
- Untuk Masyarakat
Agar masyarakat Abepura
dan sekitarnya lebih menjaga kebersihan lingkungan karena jika lingkungan
dibiarkan kotor begitu saja dapat menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk
malaria. Dengan menjaga kebersihan lingkungan diharapkan dapat menekan angka
kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit Malaria Tropika.
BAB II
LANDASAN TEORI & HIPOTESIS
A.LANDASAN TEORI
· DEFINISI MALARIA & MALARIA FALCIPARUM
Istilah malaria diambil dari
dua kata Bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara)
atau udara buruk. Karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang
mengeluarkan bau busuk. Berikut ini adalah beberapa difinisi penyakit malaria
dan Malaria Falciparum :
Malaria adalah penyakit infeksi parasite
yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria
ini memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegaly. Dapat
berlangsung akut ataupun kronik (Paul N. Harijanto, 2006).
Malaria adalah penyakit
menular endemik di banyak daerah hangat di dunia, disebabkan oleh protozoa
obligat seluler genus Plasmodium, biasanya ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Penyakit ini ditandai dengan keadaan
ta berdaya dengan demam tinggi paroksismal, serangan menggigil, berkeringat,
anemia dan splenomegaly yang dapat menyebabkan kematian, sering menyebabkan
komplikasi berat, malaria selebral dan anemia. Interval antara tiap serangan
kadangkala periodik, ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk berkembangnya
satu generasi baru parasit di dalam tubuh. Setelah permulaan penyakit ini,
dapat diikuti perjalanan penyakit yang kronik atau baik. Disebut jugaplaudism.
Nama lamanya mencakup ague dan jungle, malarial (Kamus Kedokteran DORLAND,
edisi 29, hal. 1279).
Malaria Falciparum adalah
malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, dengan demam
paroksismal yang ireguler. Ini dihubngkan dengan keadaan parasite tertinggi
dalam darah dan merupakan bentuk malaria terparah, kadang fatal. Malaria ini
sering dikaitkan dengan gejala pernisiosa, yang terjadi sebagai akibat
penumpukkan dan pembentukkan mikroinfark dalam kapiler yang mengandung
eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falciparum stadium
lanjut. Ini dapat terjadi pada otak, hati, kelenjar adrenal, traktus gastroin
testinal, ginjal, paru, atau organ lain. Disebut jugamalignant tertian
malaria dan pernicious malaria (Kamus Kedokteran
DORLAND, edisi 29, hal. 1279).
Malaria Falciparum adalah jenis malaria
paling berbahaya dan disebabkan oleh parasitPlasmodium falciparum.
Malaria Falciparum berkaitan dengan kadar tinggi parasit dalam darah dan
mempunyai tingkat kematian dan komplikasi paling tinggi diantara semua jenis
malaria. Sel darah merah yang terinfeksi dengan parasit cenderung akan kotor
dan menyebabkan mikroinfarksi (daerah kecil jaringan mati karena kekurangan
oksigen) dalam kapiler otak, liver, kelenjar adrenal, sistem usus, ginjal,
paru-paru dan organ lainnya. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit
menggunakan medikasi intravena (Kamus Kedokteran Webster’s New World, edisi
ketiga, hal. 322).
Ada empat spesies dari genus Plasmodium yang
dapat menimbulkan infeksi pada manusia. Keempat spesies ini adalah :
1.
Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum penyebab penyakit Malaria Tropika /
Malaria Falciparum (Welch, 1897). Masa sporulasinya setiap 1-2 x 24 jam. Dengan
gejala demam timbul tak menentu. Sel darah merah yang diinfeksi tidak membesar,
infeksi multiple dalam sel darah merah sangat khas. Adanya bentuk-bentuk cincin
halus yang khas dengan titik kromatin rangkap walaupun tidak ada gametositnya
kadang-kadang cukup untuk identifikasi spesies ini. Dua titik kromatin
(nucleus) sering dijumpai pada bentuk cincinPlasmodium falciparum,
sedangkan pada Plasmodium vivax dan Plasmodium
malariae hanya kadang-kadang. Sizonnya lonjong atau bulat, jarang
sekali ditemukan di dalam darah. Sizon ini menyerupai sizon Plasmodium
vivax, tetapi tidak mengisi seluruh eritrosit. Sizon matang biasanya
mengandung 16-24 merozoit kecil. Gametosit yang muda mempunyai bentuk lonjong
sehingga memanjangkan dinding sel. Di dalam sel yang dihinggapi Plasmdium
falciparum sering tampak titik-titik basophil yang biru dan presipitat
sitoplasma yang disebut titik-titik Maurer. Titik-titik ini tampak sebagai
bercak-bercak merah yang bentuknya tidak teratur, sebagai kepingan-kepingan
atau batang-batang dalam sitoplasma.
2. Plasmodium vivax
Plasmodium vivax penyebab penyakit Malaria
Tertiana. Plasmodium vivax diberi nama oleh Grassi dan Fletti
pada tahun 1890. Masa sporulasinya setiap 2 x 24 jam. Warna eritrosit yang
dihinggapi oleh Plasmodium vivax menjadi pucat, karena
kekurangan hemoglobin dan membesar. Oleh karena Plasmodium vivax mempunyai
afinitas untuk retikulosit besar, maka pembesarannya pun tampak lebih nyata
daripada sebenarnya. Tropozoit muda tampak sebagai cakram
dengan inti pada satu sisi, sehingga merupakan cincin stempel. Bila tropozoit tumbuh,
maka bentuknya menjadi tidak teratur, berpigmen halus dan menunjukkan gerakan
emeboid yang jelas. Setelah 36 jam ia mengisi lebih dari setengah sel darah
merah yang membesar itu. Intinya membelah dan menjadi sizon.
Gerakannya menjadi kurang, mengisi hampir seluruh sel yang membengkak, dan
mengandung pigmen yang tertimbun di dalam sitoplasma. Setelah hampir 48 jam
sizon mencapai ukuran maksimum, yaitu 8-10 mikron dan mengalami segmentasi.
Pigmen berkumpul dipinggir, inti yang membelah dengan bagian-bagian sitoplasma
membentuk 16-18 sel, berbentuk bulat atau lonjong, berdiameter 1,5-2 mikron
yang disebut merozoit.
Mikrogametosit mempunyai inti yang berwarna
merah muda pucat dan sitoplasma berwarna biru pucat. Mikrogametosit mempunyai
sitoplasma yang berwarna biru dengan inti yang padat dan letaknya biasanya di
bagian pinggir dari parasit. Dengan pewarnaan, butir-butir halus, bulat,
uniform, merah muda atau kemerah-merahan (titik schuffner) sering tampak di
dalam sel yang diinfeksi oleh Plasmodium vivax.
3. Plasmodium malariae
Plasmodium malariae penyebab penyakit Malaria Kuartana. Plasmodium
malariae telah dilukiskan pada tahun 1880 oleh Laveran. Masa sporulasinya 3
x 24 jam.Plasmodium malariae berukuran lebih kecil, kurang aktif,
jumlahnya lebih sedikit dan memerlukan lebih sedikit hemoglobin dibandingkan
dengan Plasmodium vivax. Bentuknya seperti cincin, mirip dengan
cincin Plasmodium vivax hanya saja sitoplasma Plasmodium
malariae lebih biru dan parasitnya lebih kecil, lebih teratur dan
lebih padat.
Tropozoit yang sedang tumbuh mempunyai
butir-butir kasar berwarna tengguli tua atau hitam. Parasit ini dapat berbentuk
seperti pita yang melintang pada sel, mengandung kromatin seperti benang dan
kadang-kadang ada vakuolanya. Pigmen kasar berkumpul di pinggirnya. Dalam 72
jam sizon menjadi matang dan bersegmentasi, hampir mengisi seluruh sel darah
merah yang tidak membesar. Parasit menyerupai bunga serunai atau roset dengan
pigen hijau tengguli yang padat, dikelilingi oleh 8-10 merozoit lonjong,
masing-masing dengan kromatin berwarna merah dan sitoplasma biru. Di dalam sel
yang mengandung Plasmodium malariaebutir-butir kecil merah muda
(titik zemann) kadang-kadang dapat diperlihatkan. Gametositnya mirip dengan
gametosit Plasmodium vivax, tetapi lebih kecil dan pigmennya
kurang.
4. Plasmodium ovale
Plasmodium ovale penyebab penyakit Malaria Ovale. Plasmodium
ovale ditemukan oleh Stephens pada tahun 1922. Masa sporulasinya
setiap 48 jam dan tidak terdapat di Indonesia. Sel darah merah yang dihinggapi
sedikit membesar, berbentuk lonjong, mempunyai titik-titik schuffner yang besar
pada stadium dini. Sel darah merah dengan bentuknya yang tidak teratur dan
bergigi adalah khas guna membuat diagnosis spesies Plasmodium ovale.
Pigmen tersebar di seluruh parasit yang sedang tumbuh sebagai butir-butir
tengguli kehijauan dan mempunyai corak jelas. Pada sizonmatang yang
hampir mengisi seluruh eritrosit, pigmen ini terletak di tengah-tengah.Plasmodium
ovale menyerupai Plasmodium malariae dalam
bentuk sizon muda dantropozoit yang sedang tumbuh,
walaupun ia tidak membentuk pita. Sizon matang mempunyai pigmen padat dan
biasanya mengandung 8 merozoit. Pada sediaan darah tebal, sangat
sukar untuk membedakan Plasmodium ovale dengan Plasmodium
malariae kecuali bila titik schuffnernya kelihatan.
· DAUR HIDUP PLASMODIUM FALCIPARUM
Plasmodium falciparum, salah satu organisme penyebab malaria,
merupakan jenis yang paling berbahaya dibandingkan dengan jenis Plasmodium lain
yang menginfeksi manusia (Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale). Plasmodium falciparum adalah penyebab
penyakit Malaria Tropika atau Malaria Falciparum, yaitu jenis penyakit malaria
yang paling banyak menyebabkan kesakitan dan kematian diantara jenis penyakit
malaria lainnya. Gejalanya biasanya timbul 10-16 hari setelah terinfksi oleh
nyamuk. Gejala yang nampak adalah rasa menggigil, demam, pusing, berkeringat
dan gejala ini biasanya lebih tahan lama. Juga terjadi edema (adanya cairan
berlebih) pada otak dan paru-paru serta terhambatnya kegiatan ginjal. Bila
tidak diobati, dapat mengakibatkan kematian karena Plasmodium falciparum
mempunyai laju kematian yang tinggi.
Dalam siklus hidupnya, Plasmodium
falciparum mempunyai dua hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus
aseksual dalam hospes vertebrata (manusia) disebut skizogoni, dan
siklus seksual membentuk sporozoit di dalam tubuh nyamuk disebut sporogoni.
Skizogoni
Pada siklus aseksual ini, sporozoit yang
infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, ditusukkan ke dalam aliran darah
hospes vertebrata (manusia). Dalam waktu 30 menit, sporozoit memasuki sel
parenkim hati dan memulai stadium eksoeritrositik karena belum masuk ke dalam
sel darah merah (eritrosit). Dalam sel hati, parasit tumbuh menjadi skizon dan
berkembang menjadi merozoit. Sel hati yang mengandung parasit pecah dan
merozoit keluar dengan bebas masuk ke sel darah merah. Masuknya merozoit ke sel
darah merah disebut stadium eritrositik. Sebagian besar difagositosis tetapi
sebagian kecil berhasil memasuki sel hati yang baru untuk mengulangi daur
eksoeritrositik.
Dalam sel darah merah mulai
tampak adanya kromatin kecil yang dikelilingi oleh sitoplasma tipis Plasmodium yang
membentuk cincin. Bentuk cincin ini kemudian berkembang menjadi bentuk ameboid.
Bentuk cincin dan ameboid adalah tropozoitdalam sel darah merah
(eritrosit), tumbuh menjadi sizon merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan
merozoit akan pecah sehingga merozoit, pigmen dan sisa sel keluar memasuki
plasma darah. Sebagian merozoit yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel
darah merah untuk mengulangi daur skizogoni. Sedangkan merozoit
yang lainnya kemudian membentuk gametosit untuk memasuki stadium seksual (Kus
Irianto, 2009).
Sporogoni
Sporogoni merupakan stadium seksual yang terjadi di dalam tubuh nyamuk. Pada
saat nyamuk menghisap darah, gametosit tidak dicerna bersama sel-sel darah. Pada
gamet betina (makrogamet) titik kromatin membagi diri menjadi 6-8 inti yang
bergerak ke pinggir parasit. Sedangkan gamet jantan (mikrogamet) terbentuk
beberapa filamen seperti cambuk, sehingga dapat bergerak aktif, didesak keluar
dan lepas dari sel induk, proses ini disebut eksflagelasi. Sementara itu,
makrogamet menjadi matang sebagai makrogametosit. Perkembangan gametosit
berlangsung dalam rongga perut nyamuk.
Fertilisasi (pembuahan) terjadi karena
masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet untuk membentuk zigot. Dalam waktu
12-24 jam setelah nyamuk Anopheles menghisap darah manusia, lalu zigot berubah
menjadi bentuk seperti cacing yang disebut ookinet yang dapat
menembus dinding lambung nyamuk. Selanjutnya, ookinettumbuh
menjadi ookista yang berbentuk bulat. Di dalam ookista terbentuk
ribuan sporozoit, sehingga ookista pecah. Dengan
pecahnya ookista , sporozoit dilepaskan ke dalam rongga badan
dan selanjutnya bergerak ke seluruh jaringan nyamuk. Beberapa sporozoit
mencapai kelenjar ludahnya. Bila nyamuk menggigit/menusuk kulit kita, maka
sporozoit bersama air ludah masuk ke dalam darah dan jaringan kemudian
dimulailah siklus praeritrositik. Daur sporogoni di dalam nyamuk, berlangsung
selama 8-12 hari (Kus Irianto, 2009).
B.HIPOTESIS
· Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit malaria termasuk Malaria
Tropika diantaranya :
1.
Parasit Malaria
Penyakit Malaria Tropika
disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum. Ciri utamanya,
memiliki 2 siklus hidup, yaitu :
· Siklus Aseksual dalam hospes vertebrata
(manusia), yang disebut skizogoni;
· Siklus Seksual dalam tubuh nyamuk yang
disebut sporogoni.
2. Faktor Inang (Penjamu)
Penyakit malaria (termasuk
Malaria Tropika) mempunyai 2 inang (penjamu), yaitu :
- Manusia sebagai penjamu intermediate
Faktor yang mempengaruhi
antara lain : jenis kelamin (pada ibu hamil akan menyebabkan anemia yang lebih
berat), imunitas, penghasilan, perumahan, pemakaian kelambu dan obat anti
nyamuk.
- Nyamuk Anopheles sebagai penjamu definitive
Nyamuk Anopheles sebagai
vector penyebab menularnya penyakit malaria. Nyamuk ini membutuhkan genangan
air yang tidak mengalir atau genangan air yang mengalir perlahan untuk
meletakkan telur-telurnya, atau sebagai tempat untuk berkembang biak. Biasanya
nyamuk Anopheles ini, aktif mencari darah mulai senja hari hingga tengah malam.
·
CARA PENULARAN MALARIA TROPIKA
Penyakit malaria, termasuk Malaria Tropika ditularkan dengan 2 cara,
yaitu :
1.
Secara alamiah
Penularan secara alamiah
adalah melalui gigitan nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria
(Prabowo, 2004). Pada saat menghisap darah manusia, sporozoit dan air liur
nyamuk yang mengandung Plasmodium falciparum masuk ke
peredaran darah tubuh manusia selama kurang lebih ½ jam. Setelah itu
sporozoit akan masuk ke dalam sel hati. Setelah 1-2 minggu digigit, parasite
kembali masuk ke dalam darah dan menyerang sel darah merah lalu memakan
hemoglobin yang membawa oksigen di dalam darah. Pecahnya sel darah merah yang
terinfeksi Plasmodium falciparum ini, menyebabkan timbulnya
gejala demam disertai menggigil dan juga menyebabkan anemia (Depkes, 2003).
Nyamuk Anopheles yang menggigit orang sehat, maka parasit itu akan dipindahkan
ke tubuh orang sehat sehingga menjadi sakit
2. Secara Non-Alamiah
Penularan secara non-alamiah terjadi jika tidak melalui gigitan
nyamuk Anopheles. Beberapa contoh penularan Malaria Tropika secara non-alamiah
antara lain :
· Malaria bawaan (kongenital)
Malaria bawaan (kongenital)
adalah malaria pada bayi baru lahir yang ibunya menderita malaria. Penularannya
terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi
plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya.
Selain melalui plasenta, penularan malaria tropika dari ibu kepada bayinya juga
dapat melalui tali pusat. Gejalanya berupa demam, iritabilitas (mudah
terangsang sehingga sering menangis dan rewel), pembesaran hati dan limpa,
anemia, tidak mau makan ataupun minum, serta kulit dan selaput lendir
berwarna kuning. Keadaan ini harus dibedakan dengan infeksi kongenital lainnya,
seperti toxoplasmosis, rubella, sifillis kongenital dan anemia hemolitik.
· Penularan mekanik (transfusion malaria)
Transfusion malaria adalah
infeksi malaria yang ditularkan melalui transfuse darah (donor darah)
dari pendonor yang terinfeksi malaria. Parasit malaria dapat hidup selama tujuh
hari dalam darah donor.
·
Pemakaian jarum suntik yang
tidak steril secara bersama-sama pada pecandu narkoba atau melalui
transplantasi organ. Biasanya, masa inkubasi transfusion organ lebih singkat
dibandingkan infeksi malaria secara alamiah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT & WAKTU
1. Tempat
Penelitian di
Puskesmas Hedam Abepura
2. Waktu :
Penelitiannya adalah pada tanggal 12 April 2012.
B.METODE PENELITIAN
Penelitian Deskriptive
(menggambarkan). Dengan menggunakan desain penelitian Case Control,
karena desain ini bersifat retrospektif, yaitu menelusuri ke belakang penyebab
yang dapat menimbulkan suatu penyakit dimasyarakat.
C.INSTRUMEN
PENELITIAN
adalah Kuesioner
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandra, Budiman Dr. 2006. Ilmu Kedokteran
Pencegahan dan Komunitas. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Entjang, Indan dr. 2000. Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Bandung
: PT. Citra Aditya Bakti.
A. Harijanto,P,N., Nugroho, Agung., Gunawan, A, Carta (ed). 2010. Malaria
dari Molekuler ke Klinis. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
B. Irianto, Kus.2009. Parasitologi
Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia. Bandung : Yrama Widya.
C. Saryono, SKp, M. Kes. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jogjakarta
: Mitra Cendekia Press.
D. Sudoyo, Aru., Setioyohadi, Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata,
Marcellus., Setiati, Siti (ed). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Edisi IV. Jakarta
: Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.
No comments:
Post a Comment