RIZKIE ABANGNYA ERIEL PUTRA ASLI LUBUKLINGGAU

Wednesday, June 1, 2016

PROPOSAL PENELITIAN : PENGARUH PENDEKATAN CONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA KELAS VII1 DI SMP



PENGARUH PENDEKATAN CONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA KELAS VII1 DI SMP



PROPOSAL PENELITIAN

 


Oleh :



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2016/2017




BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Pengertian Metematika Menurut Riedesel: Matematika adalah kumpulan kebenaran dan aturan,matematika bukanlah sekedar  berhitung. Matematika merupakan sebuah bahasa,kegiatan pembangkitan masalah dan pemecahan masalah,kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta hubungan.
Pengertian Matematika Menurut Suwarsono: Matematikailmu yang memiliki sifat khas yaitu;objek bersifat abstrak,menggunakan lambang lambang yang tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari hari, dan proses berpikir yang dibatasi oleh aturan-aturan yang ketat.
 Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi massa kini dan sekaligus masa depan. Berdasarkan hakekatnya pengajar atau guru dihadapkan dengan tantangan bagaimana cara mengajar dengan baik dan bisa diterima baik oleh para muridnya. Tentu saja ini bukan tantangan ringan, karena setiap guru dari tiap daerah mempunyai kelebihan dan kekurangan dari berbagai aspek pendidikan, entah itu dari fasilitasnya, jenis muridnya, dan lain-lain. Guru juga harus mempunyai strategi yang jitu untuk membuat pelajaran menjadi mudah dan bisa diterima oleh siswa karena sulit membuat pelajaran bisa diterima oleh semua siswa. Sebagai seorang guru, hendaknya kita selalu berupaya agar siswa dapat menguasai materi tertentu sesuai kurikulum dengan baik.
Proses pelajaran dikatakan baik, apabila proses tersebut dapat menimbulkan kegiatan belajar yang efektif dan adanya komponen guru yang saling mendukung untuk mencapai tingkat pencapaian siswa. Komponen-komponen tersebut meliputi: (a.) Tujuan, (b.) Materi pelajaran, (c.) Metode pembelajaran, (d.) Media dan (e.) Evaluasi. Jika komponen-komponen sudah saling mendukung maka keberhasilan siswa dalam pembelajaran bisa tercapai secara optimal (Pribadi, 2009:9).
Pelajaran Matematika adalah pelajaran yang mengajarkan berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan daya, nalar, analisis, sehingga hampir semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat dimengerti. Untuk dapat mengerti Matematika  secara luas, maka ada pelajaran Matematika sehingga berhasil atau tindaknya seorang siswa dalam memahami tentang pelajaran Matematika sangat ditentukan oleh pemahaman konsep. Seorang siswa dalam belajar Matematika dikatakan kurang berhasil apabila perubahan tingkah laku yang terjadi belum mampu menentukan kebijaksanaan untuk mencapai suatu hasil yang telah ditetapkan secara tepat dalam waktu yang telah ditentukan. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, banyak aspek yang mempengaruhinya, diantaranya aspek guru, siswa  dan metode pembelajaran.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan di ciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompitisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontekstual ( contextual Teaching and Learning/ CTL) Merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata  siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya  dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Dalam kelas kontekstual,tugas guru adalah membantu siswa mencapai  tujuannya.Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberikan informsi.Penggunaan model pembelajaran yang tepat, relevan, dan bervariasi adalah salah satu faktor  penentu dalam  mencapai keberhasilan belajar. Peran guru sebagai pendidik sangatlah penting, guru pun dituntut dapat menerapkan berbagai model pelajaran yang efektif, dapat meningkatkan semangat dan aktivitas serta menarik bagi siswa dalam proses penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2013:57). Model pembelajaran yang diterapkan seorang guru, akan mendapat suatu hasil yang optimal jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemilihan suatu model pembelajaran tertentu yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dapat mempengaruhi minat dan motivasi siswa untuk belajar serta mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi ataupun konsep-konsep dasar yang akhirnya memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa yang bersangkutan terutama pada mata pelajaran bidangMatematika.
 Pengertian Pengaruh Menurut Norman Barry. Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seseorang dipengaruhi agar bertindak  dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak  demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya.
Kemampuan metakognisi yang meliputi kesadaran terhadap proses berpikir serta kemampuan pengaturan diri, berperan penting bagi terbangunnya pemahaman yang kuat dan menyeluru disertai alasan yang logis terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang khusus agar dapat meningkatkannya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan pembelajaran berbasis masalah matematika kontekstual. Pada pemecahan masalah Matematika kontekstual,siswa melakukan taha-tahap pemecahan dengan membangkitkan pengetahuan yang telah dimilikinya tentang konteks masalah untuk kemudian dihubungkan dengan pengetahuan matematika formal yang telah dipelajari sebelumnya.
 Hasil studi pendahuluan penulis di Sekolah Menengah Pertama Negeri Surulangun (Muratara) menunjukkan bahwa proses pembelajaran Matemetika yang diterapkan selama ini kurang bervariasi, pembelajaran yang diterapkan selama ini membuat siswa kurang menyukai mata pelajaran Matematika dan menanggap mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit. Hal itu terjadi karena pembelajaran Matematika yang dilakukan cenderung hanya melatih kemampuan hafalan siswa dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang di berikan. Demikian juga dengan guru yang mengajar mengingat materi yang cukup banyak tetapi tidak sebanding dengan jam pelajaran yang ada sehingga hanya lebih menekankan pada penyampaian materi pembelajaran tanpa memperdulikan siswanya paham atau tidak dengan materi yang diberikan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan salah satu guru Matematika yaitu ibu lesmeri. S,pd yang mengajar Matematika kelas VIII Sekolah Menengah Negeri Surulangun pada tanggal 29 maret 2016. Beliau mengatakan bahwa hasil belajar siswa di kelas X masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari data hasil ulangan harian siswa pada materi sebelumnya, dari 40 siswa perkelas yang mengikuti proses belajar mengajar hanya berjumlah 18 siswa (45%) yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan 72 siswa (55%) yang  belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah yakni 75 dengan rata-rata ulangan harian sebesar 65 sehingga membuat sebagian besar siswa harus mengikuti program remedial untuk memperbaiki nilai.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas penelitian tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Penggruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan metakognisi matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 surulangun (Muratara) Tahun Pelajaran 2016/2017”.      

B. Rumusan Masalah
       Rumusan masalah merupakan salah satu dari tahapan yang ada di antara sejumlah tahapan penelitian yang mempunyai kedudukan penting di dalam aktivitas penelitian apabila tanpa perumusan masalah,maka suatu kegiatan penelitian akan sia-sia atau bahkan tidak bisa membuahkan hasil sama sekali.
       Jadi rumus masalah dapat di rumuskan masalah yaitu adakah penggaruh pendekatan kontekstual terhadapkemampuan metakognisi matematika SMP N 1 Surulangun siswa kelas VIII  (muratara) tahun pelajaran 2016/2017.

C. Tujuan  Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggaruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan metakognisi MatematikaSMP N 1 Surulangun (muratara) tahun pelajaran 2016/2017.

D. Ruang Lingkup Penelitian
            Agar tidak terjadi  penyimpangan dari ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti dan keterbatasan peneliti dari segi tenaga, kemampuan, waktu maupun biaya, maka ruang lingkup penelitian yang akan dibahas yaitu:
1.    Materi pelajaran yang akan diberikan  adalah Lingkaran.
2.    Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar yang bersifat kognitif, yang diperolah melalui tes setelah penyajian materi pelajaran Lingkaran dengan menggunakan modelberbasis masalah. Hasil belajar efektif apabila 75% nilai siswa lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75.
3.    Penggaruh belajar yang diteliti adalah aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan metakognisi matematika.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi semua pihak yang terkait didalamnya, seperti:
1.    Bagi Siswa
       Memberikan pengalaman belajar yang nyata kepada siswa karena dapat meningkatkan keaktifan, kecakapan, berfikir, berkomunikasi dan bekerjasama serta meningkatkan hasil belajar fisika.
2.    Bagi Guru
       Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa mencapai tujuan pembelajaran.
3.    Bagi Sekolah
Penelitian ini dijadikan sebagai penunjang dan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan khususnya mata pelajaran Biologi dan meningkatkan nama baik sekolah.
4.    Bagi Peneliti
       Penelitian ini sebagai dasar untuk menambah wawasan bagi peneliti dalam mengajarkan suatu materi dengan menggunakan model pembelajaran ASSURE.
\
F. Defenisi Operasional
            Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan keluar dari permasalahan yang akan dibahas, maka diperlukan  batasan yang jelas dari pengertian  istilah-istilah berikut ini, yaitu:
1.    Penggaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dampak atau hasil belajar yang ditimbulkan setelah proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan metakognisi matematika.
2.    Kemampuan metakognisi matematika adalah pembelajaran yang dirancang untuk membantu para guru merencanakan mutu pelajaran yang secara efektif, efisien,  serta memadukan penggunaan teknologi dam media diruang kelas.
3.    Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa atau penguasaan siswa setelah dilakukan  pendekatankontekstual terhadap kemampuan metakognisi matematika.
4.    Penggaruh belajar adalah salah satu keaktifan atau kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam setiap pembelajaran atau perbandingan antara tingkat ketercapaian tujuan dengan rencana pembelajaran.














BAB II
KAJIAN TEORI


A.    Pengertian Pengaruh
Menurut Zain dan Badudu (2005:67) Menjelaskan bahwa “pengaruh adalah kemampuan yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi dan membentuk atau mengubahnya menjadi sesuatu yang lain”.  Dalam Nurcahyanti (2011:98) “pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi atau mengubah yang sudah ada menjadi sesuatu yang lain sebagai hubungan sebab-akibat”. Menurut Daryanto (1998:451) “pengaruh adalah daya yang ada atau ditimbulkan dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”.Jadi, dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala  sesuatu yang ada di dalam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.
B.     Belajar dan Pembelajaran
1.    Belajar
Menurut Thorndike (Budiningsih, 2005:21) belajar adalah proses interaksi antara slimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berubah fikiran, perasaan, gerakan atau tindakan

2.      Pembelajaran
Menurut Pribadi (2009:9) pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau atau proses mempelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien (Komalasari, 2014:3)

C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
1)    Faktor-faktor Intern
a)    Faktor Jasmaniah
(1)      Faktor Kesehatan
       Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya, proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu.
(2)      Cacat Tubuh
                    Keadaan cacat tubuh manusia juga mempengaruhi belajar, terutama fungsi pancaindra.
b)   Faktor Psikologis
     Keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi pembelajaran. Faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.
2)   Faktor-faktor Ekstern
a)    Faktor Keluarga
        Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan kesehatan ekonomi keluarga.
b)   Faktor Sekolah
  Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c)    Faktor Masyarakat
  Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa, pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.

D.    Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2013:3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hal ini berarti bahwa hasil belajar tidak dipengaruhi oleh faktor belajar yang merupakan kegiatan siswa dalam memperoleh pengetahuan namun juga dipengaruhi oleh faktor mengajar oleh guru.
  Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan ketercapaian setiap kemampuan dasar baik kognitif, afektif dan psikomotorik, yang diperoleh oleh siswa tersebut selama mengikuti kegiatan pembelajaran disekolahnya dan setiap ranah tersebut memiliki penilaian yang berbeda-beda, dalam artian bahwa pembelajaran yang dilaksanakan penilaian tidak hanya pada materi yang dimengerti oleh siswa, akan tetapi siswa dapat memahami serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah mengalami pembelajaran.
E.     Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (Uno dan Mohamad, 2011:219) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
       Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola atau gambaran awal yang digunakan dalam proses mengajar dikelas dan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.


           E.KEMAMPUAN METAKOGNISI MATEMATIKA

Pengertian Kemampuan metakognisi Merupakan suatu istilah yang diperkrnalkan oleh flavell pada tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya Hal ini berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama didalam berbagai macam bidang penelitian psikologi, dan juga tidakdapat diteraokan pada satu bidang psikologi saja,Namun demikia,pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para peneliti bidang psikologi,pada umumnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri.Gredler (2011)
       Model pembelajaran  metakognisi  merupakan salah satu model pembelajaran yang membelajarkan peserta didik untuk mampu berpikir kreatif dalam memecahkan suatu permasalahan.Dalam hal ini peserta didik mampu merencanakan,mengatur sampai mengevaluasi kegiatan yang dilakukannya.Dalam hal ini pembelajaran berpusat pada siswa atau studendt centered.model pembelajaran metakognisi diyakini membuat pembelajaran lebih bermakna,pemahaman siswa menjadi lebih mendalam,dan lebih luas penerapannya.Setiap model model pembelajaran akan memiliki suatu sintaks .Adapun sintaks dari model pembelajaran metakognisi adalah sebagai berikut.
1.      Pembukaan pada tahap ini siswa menggali pengetahuan awal yang terkait dengan materi yang akan di diskusikan.
2.      Pengembangan kemampuan metakognisi pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah tipe metakognisi.
3.      Pengembangan kemampuan metakognisi  sebelum dilaksanakan pengembangan kemampuan tipe metakognisisebelum dilaksanakan pengembangan kemampuan tipe metakognisi terlebih dahulu siswa diberikan masalah metematika tipe metakognisi kemudian dilanjutkan dengan fase berikut.
·         Perencanaan  guru membimbing siswa dalam merencanakan dan melaksanakan kembali prosedur penyelesaian,strategi metakognisi yang digunakan  dan pengetahuan awal yang relaven dalam menyelesaikan masalah yang diberikan
·         Guru membimbing siswa dalam memantau prosedur penyelesaian,pengetahuan awal yang relaven dan strategi metakognisi yang digunakan
·         Refleksi,Guru membimbing siswa merefleksi kembali proses pemahaman konsep yang telah dilakukan dalam kegiatan menyelesaikan masalah kemampuan metakognisi matematika
menekankan pada faktor pemanfaatan media dan bahan ajar yang direncanakan dengan baik, yang membuat siswa belajar secara aktif. Dalam model ini pemanfaatan media dan teknologi menjadi suatu keharusan karena digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru memerluhkan kreaktivitas dalam mengombinasikan metode, media, dan strategi pembelajaran yang tepat agar dapat menciptakan aktivitas pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara aktif di dalamnya (Pribadi, 2011:30).







 E.  Kerangka Berpikir
Menurut Trianto (2009:227) kerangka berpikir adalah bagian dari penelitian yang menggambarkan alur penelitian. Kerangka berfikir dikemukakan dengan tujuan untuk menyusun pemecahan masalah berdasarkan teori yang dikaji. Adapun menurut Haryako (dalam sugiono, 2012:60) karangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenan dua variabel atau lebih.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa kerangka berfikir adalah suatu gambaran alur penelitian dari awal hingga akhir yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan, sehingga menghasilkan hubungan antar variabel yang diteliti. Adapun gambar skema kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar.













Sistem Pengurutan Data
 


                                                   
Kelas eksperimen
Pre Test
Menggunakan Model Contextual Teaching and Learning/CTL
Pre Test
Pembelajaran Konvesional
Kelas kontrol
 







Post Test
Hasil Belajar
Hasil Belajar
Post Test
 






Gambar Skema Kerangka Berfikir

F.  Hipotesis Penelitian

Arikunto (2010:110) menyatakan bahwa “hipotesis sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh Model contektual teaching and learning Terhadap kemampuan metakognisi dan Hasil Belajar pada Materi Sistem Pengurutan Data di SMP N 1 Surulangun(muratara).




















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.“Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan cara mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor lain yang mengganggu” (Arikunto, 2010:9). Pada penelitian ini menggunakan rancangan berbentuk pretest-postest control group design atau desain kelompok kontrol eksperimen. “Rancangan penelitian merupakan rencana, struktur dan strategi penyelidikan yang hendak dilakukan guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan penelitian” (Widi, 2010:211).
Rancangan penelitian dapat ditunjukan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
Group
Pre-test
Treatment
Post-test
E
O1
X
O2
K
O1
-
O2
            Keterangan
            E          = kelompok eksperimen
            K         = kelompok kontrol
            O1        = pre-test
            O2        = post-test
            X         = Pengajara dengan peta konsep

Menurut  Arikunto (2010:159) “Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi”. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas disebut juga dengan variabel pengaruh atau penyebab yang berfungsi mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel terikat disebut  juga variabel akibat, menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model contekstual teaching and learning, sedangkan variabel terikat adalahkemampuan metakognisi terhadap  hasil belajar siswa pada materi Sistem Pengurutan Data.

B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2010:173) “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Adapun yang terjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 1 Surulangun (muratara) Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terjadi  dari enam kelas dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2
Populasi Penelitian
No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah Siswa
1
VIII.1
10
26
36
2
VIII.2
19
19
38
3
VIII.3
16
22
38
4
VIII.4
17
22
39
5
VIII.5
16
22
38
6
VIII.6
16
22
38

Jumlah
94
133
227
(Sumber: Tata Usaha SMP N 1 Surulangunt (muratara) Tahun Ajaran 2016/2017)
2.  Sampel Penelitian
Menurut arikunto (2010:174), “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak atau random sampling, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama,dengan demikian maka peneliti memberi hak yg sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak dua kelas yang terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Adapun sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3
Sampel Penelitian

No

Kelas

Jenis kelas

Jenis kelamin


Jumlah
L
P
1
VIII.5
Eksperimen
16
22
38
2
VIII.6
Kontrol
16
22
38

Jumlah

32
44
76
Sumber: Tata Usaha SMP 2 Negeri muara rupit (muratara) Tahun Ajran 2016/2017
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini ada dengan cara tes. Menurut arikunto (2010:193) “tes adalah seretetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan , pengetahuan inteligensi dan bakat yang dimiliki oleh indivindu atau kelompok”. Tes disini dipergunakan peneliti untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa. Tes ini di lakukan soal pilihan ganda sebanyak 25 soal.
















DAFTAR PUSTAKA

Riedesel,SuwarsonoSuharsimi.2010.Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Komalasari. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan          Cendekia.
Zain Badudu(2005:67). Belejar dan Pembelajaran. Budi ningsih,2005:21) Priadi(2009).
Slameto(2003:54). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Mudjiono(2013:3). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan peneliti  Pemula.            Bandung: Alfabet.
Rusman, 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran       Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alpabet.
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktik untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan             Matematika. Bandung:Wijayakusuma.
Widi, Restu K. 2010. Asas Metologi Penelitian. Surabaya: Graha Ilmu.
Sudijono,Anas. 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres


No comments:

Post a Comment