PENGARUH PENDEKATAN CONTEKSTUAL TERHADAP
KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA KELAS VII1 DI SMP
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pengertian
Metematika Menurut Riedesel: Matematika adalah kumpulan kebenaran dan
aturan,matematika bukanlah sekedar
berhitung. Matematika merupakan sebuah bahasa,kegiatan pembangkitan
masalah dan pemecahan masalah,kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta
hubungan.
Pengertian
Matematika Menurut Suwarsono: Matematikailmu yang memiliki sifat khas
yaitu;objek bersifat abstrak,menggunakan lambang lambang yang tidak banyak
digunakan dalam kehidupan sehari hari, dan proses berpikir yang dibatasi oleh
aturan-aturan yang ketat.
Pendidikan
merupakan sarana untuk menyiapkan generasi massa kini dan sekaligus masa depan.
Berdasarkan hakekatnya pengajar atau guru dihadapkan dengan tantangan bagaimana
cara mengajar dengan baik dan bisa diterima baik oleh para muridnya. Tentu saja
ini bukan tantangan ringan, karena setiap guru dari tiap daerah mempunyai
kelebihan dan kekurangan dari berbagai aspek pendidikan, entah itu dari
fasilitasnya, jenis muridnya, dan lain-lain. Guru juga harus mempunyai strategi
yang jitu untuk membuat pelajaran menjadi mudah dan bisa diterima oleh siswa
karena sulit membuat pelajaran bisa diterima oleh semua siswa. Sebagai seorang
guru, hendaknya kita selalu berupaya agar siswa dapat menguasai materi tertentu
sesuai kurikulum dengan baik.
Proses pelajaran dikatakan baik, apabila proses
tersebut dapat menimbulkan kegiatan belajar yang efektif dan adanya komponen
guru yang saling mendukung untuk mencapai tingkat pencapaian siswa.
Komponen-komponen tersebut meliputi: (a.) Tujuan, (b.) Materi pelajaran, (c.)
Metode pembelajaran, (d.) Media dan (e.) Evaluasi. Jika komponen-komponen sudah
saling mendukung maka keberhasilan siswa dalam pembelajaran bisa tercapai
secara optimal (Pribadi, 2009:9).
Pelajaran Matematika adalah pelajaran yang
mengajarkan berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan daya, nalar,
analisis, sehingga hampir semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat
dimengerti. Untuk dapat mengerti
Matematika secara luas, maka ada pelajaran Matematika sehingga berhasil atau
tindaknya seorang siswa dalam memahami tentang pelajaran Matematika sangat ditentukan oleh
pemahaman konsep. Seorang siswa dalam belajar Matematika dikatakan kurang
berhasil apabila perubahan tingkah laku yang terjadi belum mampu menentukan
kebijaksanaan untuk mencapai suatu hasil yang telah ditetapkan secara tepat
dalam waktu yang telah ditentukan. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal,
banyak aspek yang mempengaruhinya, diantaranya aspek guru, siswa dan metode pembelajaran.
Ada kecenderungan
dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan di ciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi
pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompitisi mengingat jangka
pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang.
Pendekatan
kontekstual ( contextual Teaching and
Learning/ CTL) Merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,bukan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Dalam kelas kontekstual,tugas
guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya.Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberikan informsi.Penggunaan model pembelajaran yang
tepat, relevan, dan bervariasi adalah salah satu faktor penentu dalam
mencapai keberhasilan belajar. Peran guru sebagai pendidik sangatlah
penting, guru pun dituntut dapat menerapkan berbagai model pelajaran yang
efektif, dapat meningkatkan semangat dan aktivitas serta menarik bagi siswa
dalam proses penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari,
2013:57). Model pembelajaran yang diterapkan seorang guru, akan mendapat suatu
hasil yang optimal jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Pemilihan suatu model pembelajaran tertentu yang digunakan oleh
guru dalam proses belajar mengajar dapat mempengaruhi minat dan motivasi siswa
untuk belajar serta mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi ataupun
konsep-konsep dasar yang akhirnya memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa
yang bersangkutan terutama pada mata pelajaran bidangMatematika.
Pengertian Pengaruh Menurut
Norman Barry. Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seseorang
dipengaruhi agar bertindak dengan cara
tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang
terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya.
Kemampuan
metakognisi yang meliputi kesadaran terhadap proses berpikir serta kemampuan
pengaturan diri, berperan penting bagi terbangunnya pemahaman yang kuat dan
menyeluru disertai alasan yang logis terhadap masalah yang hendak dipecahkan.
Untuk itu diperlukan pendekatan yang khusus agar dapat meningkatkannya. Salah
satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan pembelajaran
berbasis masalah matematika kontekstual. Pada pemecahan masalah Matematika
kontekstual,siswa melakukan taha-tahap pemecahan dengan membangkitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya tentang konteks masalah untuk kemudian
dihubungkan dengan pengetahuan matematika formal yang telah dipelajari
sebelumnya.
Hasil studi pendahuluan
penulis di Sekolah Menengah Pertama
Negeri
Surulangun (Muratara) menunjukkan bahwa
proses pembelajaran Matemetika yang
diterapkan selama ini kurang bervariasi, pembelajaran yang diterapkan selama
ini membuat siswa kurang menyukai mata pelajaran Matematika dan menanggap mata
pelajaran Matematika merupakan
mata pelajaran yang sangat sulit. Hal itu terjadi karena pembelajaran Matematika yang dilakukan
cenderung hanya melatih kemampuan hafalan siswa dan mencari satu jawaban yang
benar terhadap soal-soal yang di berikan. Demikian juga dengan guru yang
mengajar mengingat materi yang cukup banyak tetapi tidak sebanding dengan jam
pelajaran yang ada sehingga hanya lebih menekankan pada penyampaian materi
pembelajaran tanpa memperdulikan siswanya paham atau tidak dengan materi yang
diberikan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan salah
satu guru Matematika yaitu
ibu lesmeri.
S,pd yang mengajar Matematika kelas
VIII Sekolah Menengah Negeri Surulangun
pada
tanggal 29 maret 2016. Beliau mengatakan bahwa hasil belajar siswa di kelas X
masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari data hasil ulangan harian
siswa pada materi sebelumnya, dari 40 siswa perkelas yang mengikuti proses
belajar mengajar hanya berjumlah 18 siswa (45%) yang mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) dan 72 siswa (55%) yang belum mencapai nilai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah yakni 75 dengan
rata-rata ulangan harian sebesar 65 sehingga membuat sebagian besar siswa harus
mengikuti program remedial untuk memperbaiki nilai.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas
penelitian tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Penggruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan metakognisi
matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 surulangun (Muratara) Tahun
Pelajaran 2016/2017”.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan salah satu dari
tahapan yang
ada di antara sejumlah tahapan penelitian yang mempunyai kedudukan penting di
dalam aktivitas penelitian apabila tanpa perumusan masalah,maka suatu kegiatan
penelitian akan sia-sia atau bahkan tidak
bisa membuahkan hasil sama sekali.
Jadi rumus masalah dapat di rumuskan
masalah yaitu adakah penggaruh pendekatan
kontekstual terhadapkemampuan metakognisi matematika SMP N 1 Surulangun siswa
kelas VIII (muratara) tahun
pelajaran 2016/2017.
C.
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggaruh
pendekatan kontekstual terhadap kemampuan metakognisi
MatematikaSMP N 1 Surulangun (muratara) tahun pelajaran
2016/2017.
D.
Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak
terjadi penyimpangan dari ruang lingkup
permasalahan yang akan diteliti dan keterbatasan peneliti dari segi tenaga,
kemampuan, waktu maupun biaya, maka ruang lingkup penelitian yang akan dibahas
yaitu:
1. Materi
pelajaran yang akan diberikan adalah Lingkaran.
2. Hasil
belajar yang diteliti adalah hasil belajar yang bersifat kognitif, yang
diperolah melalui tes setelah penyajian materi pelajaran Lingkaran dengan menggunakan
modelberbasis masalah. Hasil
belajar efektif apabila 75% nilai siswa lebih atau sama dengan Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75.
3. Penggaruh
belajar yang diteliti adalah aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah
terhadap kemampuan metakognisi matematika.
E. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi semua
pihak yang terkait didalamnya, seperti:
1. Bagi
Siswa
Memberikan pengalaman belajar yang nyata
kepada siswa karena dapat meningkatkan keaktifan, kecakapan, berfikir,
berkomunikasi dan bekerjasama serta meningkatkan hasil belajar fisika.
2. Bagi
Guru
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan masukan dan informasi yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran
dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa mencapai tujuan pembelajaran.
3. Bagi
Sekolah
Penelitian
ini dijadikan sebagai penunjang dan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan
kualitas mutu pendidikan khususnya mata pelajaran Biologi dan meningkatkan nama
baik sekolah.
4. Bagi
Peneliti
Penelitian
ini sebagai dasar untuk menambah wawasan bagi peneliti dalam mengajarkan suatu
materi dengan menggunakan model pembelajaran ASSURE.
\
F.
Defenisi Operasional
Agar
penelitian ini tidak terlalu luas dan keluar dari permasalahan yang akan
dibahas, maka diperlukan batasan yang
jelas dari pengertian istilah-istilah
berikut ini, yaitu:
1.
Penggaruh yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah dampak atau hasil belajar yang ditimbulkan setelah proses belajar
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan metakognisi
matematika.
2.
Kemampuan
metakognisi matematika adalah pembelajaran yang dirancang untuk
membantu para guru merencanakan mutu pelajaran yang secara efektif,
efisien, serta memadukan penggunaan
teknologi dam media diruang kelas.
3.
Hasil belajar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa atau penguasaan siswa setelah
dilakukan pendekatankontekstual terhadap kemampuan metakognisi
matematika.
4.
Penggaruh belajar adalah salah satu
keaktifan atau kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam setiap pembelajaran atau perbandingan
antara tingkat ketercapaian tujuan dengan rencana pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian Pengaruh
Menurut
Zain dan Badudu (2005:67) Menjelaskan bahwa “pengaruh adalah kemampuan yang
dapat menyebabkan sesuatu terjadi dan membentuk atau mengubahnya menjadi
sesuatu yang lain”. Dalam Nurcahyanti
(2011:98) “pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang atau benda)
yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi atau mengubah yang sudah ada menjadi
sesuatu yang lain sebagai hubungan sebab-akibat”. Menurut Daryanto (1998:451)
“pengaruh adalah daya yang ada atau ditimbulkan dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”.Jadi, dari
pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu
daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta
segala sesuatu yang ada di dalam
sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.
B. Belajar dan Pembelajaran
1.
Belajar
Menurut
Thorndike (Budiningsih, 2005:21) belajar adalah proses interaksi antara
slimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya
kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berubah fikiran, perasaan,
gerakan atau tindakan
2. Pembelajaran
Menurut Pribadi (2009:9) pembelajaran adalah
serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan
terjadinya proses belajar. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem atau atau proses mempelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan
atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek
didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan
efesien (Komalasari, 2014:3)
C.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Belajar
Menurut
Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar
individu.
1)
Faktor-faktor Intern
a)
Faktor Jasmaniah
(1)
Faktor Kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap
belajarnya, proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu.
(2)
Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh manusia
juga mempengaruhi belajar, terutama fungsi pancaindra.
b)
Faktor Psikologis
Keadaan psikologis seseorang dapat
mempengaruhi pembelajaran. Faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran
adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.
2) Faktor-faktor
Ekstern
a)
Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan kesehatan ekonomi keluarga.
b)
Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor
Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa, pengaruh itu terjadi karena keberadaannya
siswa dalam masyarakat.
D.
Hasil
Belajar
Dimyati
dan Mudjiono (2013:3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hal ini berarti bahwa hasil
belajar tidak dipengaruhi oleh faktor belajar yang merupakan kegiatan siswa
dalam memperoleh pengetahuan namun juga dipengaruhi oleh faktor mengajar oleh
guru.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan ketercapaian setiap kemampuan dasar
baik kognitif, afektif dan psikomotorik, yang diperoleh oleh siswa tersebut
selama mengikuti kegiatan pembelajaran disekolahnya dan setiap ranah tersebut
memiliki penilaian yang berbeda-beda, dalam artian bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan penilaian tidak hanya pada materi yang dimengerti oleh siswa, akan
tetapi siswa dapat memahami serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri
seseorang setelah mengalami pembelajaran.
E.
Model
Pembelajaran
Joyce
dan Weil (Uno dan Mohamad, 2011:219) berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola atau gambaran awal yang
digunakan dalam proses mengajar dikelas dan bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru.
E.KEMAMPUAN
METAKOGNISI MATEMATIKA
Pengertian Kemampuan metakognisi Merupakan suatu istilah yang
diperkrnalkan oleh flavell pada tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan
pada pendefinisiannya Hal ini berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama
didalam berbagai macam bidang penelitian psikologi, dan juga tidakdapat
diteraokan pada satu bidang psikologi saja,Namun demikia,pengertian metakognisi
yang dikemukakan oleh para peneliti bidang psikologi,pada umumnya memberikan
penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya
sendiri.Gredler (2011)
Model pembelajaran metakognisi merupakan salah satu
model pembelajaran yang membelajarkan peserta didik untuk mampu berpikir
kreatif dalam memecahkan suatu permasalahan.Dalam hal ini peserta didik mampu
merencanakan,mengatur sampai mengevaluasi kegiatan yang dilakukannya.Dalam hal
ini pembelajaran berpusat pada siswa atau studendt
centered.model pembelajaran metakognisi diyakini membuat pembelajaran lebih
bermakna,pemahaman siswa menjadi lebih mendalam,dan lebih luas
penerapannya.Setiap model model pembelajaran akan memiliki suatu sintaks
.Adapun sintaks dari model pembelajaran metakognisi adalah sebagai berikut.
1. Pembukaan pada tahap ini siswa menggali pengetahuan awal
yang terkait dengan materi yang akan di diskusikan.
2. Pengembangan kemampuan metakognisi pada tahap ini siswa
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah tipe metakognisi.
3. Pengembangan kemampuan metakognisi sebelum dilaksanakan pengembangan kemampuan
tipe metakognisisebelum dilaksanakan pengembangan kemampuan tipe metakognisi
terlebih dahulu siswa diberikan masalah metematika tipe metakognisi kemudian
dilanjutkan dengan fase berikut.
·
Perencanaan guru membimbing siswa dalam merencanakan dan
melaksanakan kembali prosedur penyelesaian,strategi metakognisi yang
digunakan dan pengetahuan awal yang
relaven dalam menyelesaikan masalah yang diberikan
·
Guru
membimbing siswa dalam memantau prosedur penyelesaian,pengetahuan awal yang
relaven dan strategi metakognisi yang digunakan
·
Refleksi,Guru
membimbing siswa merefleksi kembali proses pemahaman konsep yang telah
dilakukan dalam kegiatan menyelesaikan masalah kemampuan metakognisi matematika
menekankan
pada faktor pemanfaatan media dan bahan ajar yang direncanakan dengan baik,
yang membuat siswa belajar secara aktif. Dalam model ini pemanfaatan media dan
teknologi menjadi suatu keharusan karena digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Guru memerluhkan kreaktivitas dalam mengombinasikan
metode, media, dan strategi pembelajaran yang tepat agar dapat menciptakan
aktivitas pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara aktif di dalamnya
(Pribadi, 2011:30).
E.
Kerangka Berpikir
Menurut Trianto (2009:227)
kerangka berpikir adalah bagian dari penelitian yang menggambarkan alur
penelitian. Kerangka berfikir dikemukakan dengan tujuan untuk menyusun
pemecahan masalah berdasarkan teori yang dikaji. Adapun menurut Haryako (dalam
sugiono, 2012:60) karangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan
apabila dalam penelitian tersebut berkenan dua variabel atau lebih.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan
bahwa kerangka berfikir adalah suatu gambaran alur penelitian dari awal hingga
akhir yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan, sehingga
menghasilkan hubungan antar variabel yang diteliti. Adapun gambar skema
kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar.
Sistem Pengurutan
Data
|
Kelas eksperimen
|
Pre Test
|
Menggunakan Model
Contextual Teaching and Learning/CTL
|
Pre Test
|
Pembelajaran Konvesional
|
Kelas kontrol
|
Post Test
|
Hasil Belajar
|
Hasil Belajar
|
Post Test
|
Gambar Skema Kerangka
Berfikir
F. Hipotesis
Penelitian
Arikunto
(2010:110) menyatakan bahwa “hipotesis sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.Maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh Model contektual teaching and learning
Terhadap kemampuan metakognisi dan Hasil
Belajar pada Materi
Sistem Pengurutan Data di SMP N 1 Surulangun(muratara).
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian eksperimen.“Metode eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan cara mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor
lain yang mengganggu” (Arikunto, 2010:9). Pada penelitian ini menggunakan
rancangan berbentuk pretest-postest
control group design atau desain kelompok kontrol eksperimen. “Rancangan
penelitian merupakan rencana, struktur dan strategi penyelidikan yang hendak
dilakukan guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan
penelitian” (Widi, 2010:211).
Rancangan penelitian dapat
ditunjukan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
Group
|
Pre-test
|
Treatment
|
Post-test
|
E
|
O1
|
X
|
O2
|
K
|
O1
|
-
|
O2
|
Keterangan
E = kelompok eksperimen
K = kelompok kontrol
O1 = pre-test
O2 = post-test
X = Pengajara dengan peta konsep
Menurut Arikunto (2010:159) “Variabel penelitian
adalah objek penelitian yang bervariasi”. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas disebut
juga dengan variabel pengaruh atau penyebab yang berfungsi mempengaruhi
variabel lain. Sedangkan variabel terikat disebut juga variabel akibat, menurut fungsinya
variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel bebas pada penelitian ini
adalah model
contekstual teaching and learning, sedangkan variabel terikat adalahkemampuan metakognisi
terhadap hasil
belajar siswa pada materi Sistem Pengurutan Data.
B.
Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2010:173) “populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian”. Adapun yang terjadi populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 1 Surulangun (muratara) Tahun
Pelajaran 2016/2017
yang terjadi dari enam kelas dapat
dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2
Populasi Penelitian
No
|
Kelas
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah Siswa
|
1
|
VIII.1
|
10
|
26
|
36
|
2
|
VIII.2
|
19
|
19
|
38
|
3
|
VIII.3
|
16
|
22
|
38
|
4
|
VIII.4
|
17
|
22
|
39
|
5
|
VIII.5
|
16
|
22
|
38
|
6
|
VIII.6
|
16
|
22
|
38
|
|
Jumlah
|
94
|
133
|
227
|
(Sumber: Tata Usaha SMP N 1 Surulangunt
(muratara) Tahun Ajaran 2016/2017)
2. Sampel Penelitian
Menurut arikunto (2010:174), “sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Peneliti menggunakan
teknik pengambilan sampel secara acak atau
random sampling, peneliti mencampur subjek-subjek di
dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama,dengan demikian maka
peneliti memberi hak yg sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan
dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak
dua kelas yang terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Adapun sampel
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
3.3 berikut:
Tabel
3.3
Sampel
Penelitian
No
|
Kelas
|
Jenis
kelas
|
Jenis
kelamin
|
Jumlah
|
|
L
|
P
|
||||
1
|
VIII.5
|
Eksperimen
|
16
|
22
|
38
|
2
|
VIII.6
|
Kontrol
|
16
|
22
|
38
|
|
Jumlah
|
|
32
|
44
|
76
|
Sumber:
Tata Usaha SMP 2 Negeri muara rupit (muratara) Tahun Ajran 2016/2017
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini ada dengan cara tes. Menurut arikunto
(2010:193) “tes adalah seretetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan , pengetahuan inteligensi dan bakat yang
dimiliki oleh indivindu atau kelompok”. Tes disini dipergunakan peneliti untuk
mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa. Tes ini di lakukan soal pilihan ganda sebanyak 25 soal.
DAFTAR
PUSTAKA
Riedesel,SuwarsonoSuharsimi.2010.Prosedur
Penelitian
Edisi Revisi. Komalasari. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.
Zain Badudu(2005:67). Belejar dan Pembelajaran. Budi ningsih,2005:21) Priadi(2009).
Slameto(2003:54). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Mudjiono(2013:3). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan peneliti Pemula. Bandung:
Alfabet.
Rusman, 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Pers.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alpabet.
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktik untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Matematika.
Bandung:Wijayakusuma.
Widi, Restu K. 2010. Asas Metologi Penelitian. Surabaya: Graha Ilmu.
Sudijono,Anas. 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres
No comments:
Post a Comment