PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH DAN MAKE A MATCH DI KELAS XI
IPS SMA NEGERI 4 LUBUKLINGGAU
Oleh
Tuti Larasati1
Yeni Asmara, M.Pd.2
Drs. Mukhlas Yusuf, M.Pd.3
ABSTRACT
This
thesis entitled “Comparison of student learning outcomes between using model
Index Card Match to Make a Match in Class XI IPS SMAN 4 Lubuklinggau”. The
problem is there any comparison of student learning outcomes using models and
models Index Card Match Make a Match in Class XI IPS SMAN 4 Lubuklinggau. This
type of research is quantitatively using cooperative with a population of
students of class XI IPS SMAN 4 Lubuklinggau consisting of 2 classes as a
sample is a class XI IPS 4 as an experimental class 1 by using a model of Index
Card Match and XI IPS 3 as the experimental class 2 with using model Make a
Match. The data collection technique used is the technique of multiple choice
test as many as 26 questions were collected, analyzed using t-test. Based on
the analysis of the t-test to post-test values obtained thitung =
8.06 while ttabel = 2.00, then Ho is
rejected. This means that the learning outcomes of student learning using the
model Index Card Match is better than using models Make a Match. This means
there is no comparison of student learning outcomes using model Index Card
Match and Make a Match in Class XI IPS SMAN 4 Lubuklinggau.
Keywords: Comparison,
Index Card Match Model and Make a Match, Learning Outcomes.
PENDAHULUAN
Pendidikan pada hakikatnya berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan untuk
berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi
warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Riyanto, 20013:1).
Menurut Driyarkarya dalam Ihsan
(2010:4) mengatakan “bahwa “pendidikan adalah
upaya memanusiakan
manusia muda”. Sedangkan menurut
Dictionary of Education dalam
Ihsan (2010: 4) menyebutkan
bahwa :
Pendidikan adalah proses dimana seseorang
mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainya di dalam
masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang di hadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari
sekolah), Sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan
sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Dari pendapat di atas tersebut dapat
di simpulkan bahwa pendidikan adalah proses
bimbingan yang dilakukan
secara sadar oleh pendidik terhadap proses perkembangan jasmani
dan
rohani peserta didik, dengan tujuan supaya
terbentuk
|
kepribadian
yang unggul.
|
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
1
|
Kepribadian
yang unggul ini memiliki makna yang cukup dalam, yaitu pribadi yang bukan hanya
pintar secara akademis tapi juga baik secara karakter. Dalam melakukan
pendidikan membutuhkan proses belajar dan pembelajaran terutama pendidikan yang
berbasis di sekolah. Belajar dan pembelajaran di sini guru di tuntut kreatif
dan inovatif dalam proses pembelajaran di kelas, guru bisa menggunakan
alternatif yaitu menggunakan model pembelajaran.
Tujuan dan manfaat pendidikan adalah untuk meningkatkan
mutu dan kualitas sumber daya manusia, baik dari aspek kemampuan, kepribadian,
maupun tanggung jawab sebagai warga masyarakat. Dalam rangka menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semangkin pesat sekarang ini,
bidang pendidikan harus mendapat penanganan dan prioritas yang utama baik oleh
pemerintah, para pengelola pendidikan maupun masyarakat. Guru sebagai tenaga
pendidik mempunyai tujuan utama untuk menciptakan prestasi belajar yang optimal
yaitu dengan cara menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dapat menarik
minat dan antusias siswa serta dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar
dengan baik dan semangat.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Sukmadinata (2007:25) sebagai berikut:
Perbuatan mendidik diarahkan
pada pencapian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan
ini bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat
dan tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga- tiganya peserta didik, masyarakat
dan pekerjaan sekaligus. Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam
rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik.
Dunia pendidikan di Indonesia selalu
mengalami perkembangan dan perubahan dalam
proses pembelajaran
sehingga guru dituntut untuk mengubah orientasi
pembelajaran
yang berpusat pada
guru beralih berpusat pada siswa.
Kemampuan manusia untuk menggunakan akalnya dalam
memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia
belajar, dengan belajar manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam
dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan
akibat dari aktivitas belajar, oleh karena itu sangat wajar apabila belajar
merupakan konsep kunci dalam setiap kegiatan pendidikan, ini berarti bahwa
tanpa belajar kegiatan pendidikan pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan
pernah ada.
Kemampuan untuk berubah dan perubahan yang terjadi pada
manusia merupakan makna pokok yang terkandung dalam belajar. Disebabkan
kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh
dibanding makhluk lainnya, sehingga dapat terbebas dari kemandegan fungsi
kekhalifahan di muka bumi, bahkan dengan belajar
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
2
|
manusia
mampu mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk
kehidupannya.
Berdasarkan
studi pendahuluan yang penulis lakukan di SMA Negeri 4 Lubuklinggau dan melalui
observasi lapangan pada hari sabtu tanggal 11 April 2015 dan informasi dari
guru mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS SMA Negeri 4 Lubuklinggau,
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tergolong belum mencapai KKM yang telah
ditetapkan. KKM untuk mata pelajaran sejarah SMA Negeri 4 Lubuklinggau yaitu
75. Dari 35 siswa, 15 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM atau 45 % belum
tuntas dan 20 siswa mendapatkan nilai diatas KKM atau 55 % tuntas. Pada saat
wawancara hari Jum’at pukul 09:00 WIB, guru sejarah Ibu Dra. Yenny Irdiyanti,
M.Pd., hanya menggunakan metode konvensional di dalam proses pembelajaran,
akibatnya siswa menjadi bosan dan merasa jenuh sehingga menurunkan hasil
belajar siswa.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
menerapkan dua model pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar siswa dari
pada model konvensinoal. Menurut guru sejarah di SMA Negeri 4 Lubuklinggau,
dari kedua model yang berbeda tersebut dimana salah satu model menjadi efektif
dan efesien serta meningkatkan hasil belajar siswa maka akan diambil salah satu
model tersebut yaitu antara model Index Card Match dan Make a Match.
Suprijono (2011:119) mengatakan bahwa “model pembelajaran
Index Card Match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu indeks yang ada di tangan mereka”. Proses
pembelajaran ini lebih menarik karena siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Dalam model
ini siswa harus mengerjakan banyak tugas. Mereka harus menggunakan otak,
mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Lebih
lanjut Suprijono (2011:94) mengatakan bahwa “model pembelajaran Make a Match
atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa”. Model pembelajaran Make a
Match adalah pembelajaran menggunakan kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut
terdiri dari kartu yang berisi soal dan kartu yang lainnya berisi jawaban dari
soal-soal tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Siswa
Menggunakan Model Index Card Match dan Make a Match di
Kelas XI IPS SMA Negeri 4 Lubuklinggau”. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah terdapat perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Index
Card Match dan Make a Match di Kelas XI IPS SMA Negeri 4
Lubuklinggau?. Adapun tujuan
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
3
|
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model Index Card Match dan Make
a Match di Kelas XI IPS SMA Negeri 4 Lubuklinggau.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Suprijono (2011: 46) mengatakan bahwa “model
pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Model pembelajaran yang merupakan salah
satu model cooperative learning ini adalah suatu cara pembelajaran aktif
untuk meninjau ulang materi pelajaran dengan teknik mencari pasangan kartu
indeks yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana menyenangkan. Metode ini dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa.
Menurut Suprijono (2011:119)
mengemukakan bahwa “model pembelajaran Index Card Match dapat
memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan
kartu indeks yang ada di tangan mereka”. Proses pembelajaran ini lebih menarik
karena siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan.
Dalam model ini siswa harus
mengerjakan banyak tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan,
memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar juga harus
gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan
tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras.
Model pembelajaran Index Card Match membuat siswa
terbiasa aktif mengikuti pembelajaran sehingga aktivitas siswa meningkat.
Metode ini dapat melatih pola pikir siswa karena dengan metode ini siswa
dilatih kecepatan berpikirnya dalam mempelajari suatu konsep atau topik melalui
pencarian kartu jawaban atau kartu soal.
Langkah-langkah penerapan model Index
Card Match menurut Suprijono (2011 : 120-
121) adalah sebagai
berikut :
a) Guru
membuat potongan-potongan kartu sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.
b) Guru membagi potongan kartu-kartu tersebut menjadi dua bagian yang sama.
c)
Pada separuh bagian potongan kartu-kartu,
guru menuliskan pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari. Setiap kartu
berisi satu pertanyaan. d) Pada separuh kartu yang lain, guru menuliskan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. e) Guru mengocok semua
kartu sehingga akan tercampur antara pertanyaan dan jawaban.
f)
Guru membagikan satu kartu kepada setiap
siswa. Guru selanjutnya menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan
berpasangan. Separuh dari jumlah siswa akan mendapatkan pertanyaan dan separuh
yang lain akan mendapatkan jawaban. g) Guru meminta kepada siswa untuk
menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, guru meminta
kepada mereka untuk duduk berdekatan. Guru juga menjelaskan agar mereka tidak
memberitahu materi yang mereka dapatkan
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
4
|
kepada teman yang lain. h) Setelah semua
siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, guru meminta kepada setiap
pasangan secara bergantian untuk membacakan pertanyaan yang diperoleh dengan
keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab
oleh pasangannya. i) Guru mengakhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan
kesimpulan.
Dari pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa langkah-langakah model Index
Card Match yaitu guru membuat
potongan-potongan kartu sebanyak jumlah siswa yang ada
di dalam kelas,
membagi potongan kartu-kartu tersebut menjadi dua bagian yang sama,
menuliskan pertanyaan
tentang materi yang
akan dipelajari. Setiap
kartu berisi satu
pertanyaan,
menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan, siswa
menemukan pasangan
dan duduk berdekatan dan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Menurut Suprijono (2011:122)
mengatakan bahwa kelebihan dan kelemahan model
Index Card Match
adalah sebagai berikut:
Kelebihan Metode
Pembelajaran Index Card Match yaitu menumbuhkan kegembiraan dalam
kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik
perhatian siswa, mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenagkan,
mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar,
penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain. Sedangkan kelemahan
Metode Pembelajaran Index Card Match yaitu membutuhkan waktu yang lama bagi
siswa untuk menyelesaikan tugas dan prestasi, guru harus meluangkan waktu yang
lebih, lama untuk membuat persiapan, guru harus memiliki jiwa demokratis dan
keterampilan yang memadai dalam hal pengelolaan kelas, menuntut sifat tertentu
dari siswa atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah,
suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas.
Menurut Suprijono
(2011:94) mengatakan bahwa
“model pembelajaran Make a
Match atau mencari pasangan
merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan hasil
belajar siswa”. Model pembelajaran Make a Match adalah pembelajaran
menggunakan
kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi soal dan kartu
yang lainnya berisi
jawaban dari soal-soal tersebut.
Langkah-langkah proses pembelajaran dengan
menggunakan model Make
a
Match menurut Suprijono
(2011 : 95) adalah sebagai berikut:
a)
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian soal dan bagian lainnya kartu
jawaban. b) Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu. c) Setiap siswa
memikirkan jawaban atau soal kartu yang dipegang. d) Setiap siswa mencari
pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. e) Setiap siswa yang
dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan diberi poin. f)
Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya. g) Demikian seterusnya, h) Kesimpulan.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
5
|
Model Make
a Match ini sangat
efektif membantu siswa
dalam memahami
materi melalui
permainan mencari kartu jawaban dan pertanyaan, sehingga dapat menciptakan
proses pembelajaran
yang menyenangkan.
Menurut Suprijono (2011:96) mengatakan
bahwa kelebihan dan kekurangan model
Make a Match adalah sebagai
berikut:
Kelebihannya yaitu
siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya
melalui kartu, meningkatkan kreativitas belajar siswa, menghindari kejenuhan
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, pembelajaran lebih
menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang dibuat oleh guru.
Sedangkan kekurangan model ini adalah sulit bagi guru
mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi palajaran,
sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran, siswa kurang menyerapi
makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar
bermain saja, sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi.
METODE PENELITIAN
Menurut Arikunto (2010:193) “metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh
peneliti dalam
menggumpulkan data penelitiannya”. Berdasarkan jenis penelitiannya, metode
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut Sukmadinata
(2008:72) menjelaskan
bahwa “deskriptif kuantitatif adalah bentuk penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi, kemudian
hasilnya disajikan
dalam bentuk angka-angka”.
Sedangkan pendekatannya
dalam penelitian ini
menggunakan komparatif atau
perbandingan. Menurut
Iskandar (2013:63) “Pola penelitian ini adalah membandingkan suatu
variabel atau lebih
dengan sampel besar, atau penelitian dengan mengkaji beberapa
fenomena-fenomena
dalam bidang pendidikan di coba pada lembaga pendidikan lain”. Tetapi
dalam penelitian ini
penulis membandingkan dua model di kelas yang berbeda yaitu model
pembelajaran Index
Card Match dengan model pembelajaran Make a Match .
Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel
bebas disebut variabel penyebab yang berfungsi membandingkan atau mempengaruhi
variabel lain. Sedangkan variabel terikat adalah variabel akibat yang
dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel Bebas
|
: perbandingan
model Index Card Match dan Make a Match
|
|
Variabel Terikat
|
: hasil belajar
|
|
POPULASI
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 4
|
||
Lubuklinggau
tahun
|
pelajaran
2015/2016 berjumlah 111 siswa. Pengambilan
|
sampel
|
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
6
|
penelitian dilakukan secara acak
(random) karena setiap kelas mempunyai kemampuan dan kesempatan yang relatif
sama. Mengunakan cara random yaitu dengan memberi nomor setiap kelas setelah
itu dikocok dan nomor yang keluar itulah yang akan dijadikan sampel penelitian.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 yang berjumlah 27 siswa
dan siswa kelas XI IPS 3 yang berjumlah 28 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik tes. Dalam penelitian ini soal yang dibuat sebanyak 26 soal
pilihan ganda. Analisis data terhadap perbandingan model pembelajaran Index
Card Match dan Make a Match, ini yang menggunakan uji-t (Uji
kesamaan rata-rata).
HASIL PENELITIAN
1. Kemampuan Awal
Siswa
Pelaksanaan prer- test (tes awal) bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi Tentang Runtuhnya Kerajaan
Majapahit. Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yang
diikuti sebanyak 27 siswa pada kelas eksperimen 1 dan 28 siswa pada kelas
eksperimen 2. Berdasarkan hasil perhitungan tes awal kelas eksperimen dan hasil
penelitian tes awal kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Rekapitilasi nilai
rata-rata dan simpangan baku dari pre-test dapat dilihat pada table 4.1
Tabel 4.1
Nilai Rata-rata dan Simpngan Baku
Hasil Tes Awal (Pre-Tes)
Kelas
|
Nilai Rata-rata
|
Simpangan Baku
|
Eksperimen 1
|
34.11
|
10.39
|
Eksperimen 2
|
33.68
|
10.57
|
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus
mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, hasil dapat dilihat pada lampiran.
Pada tabel 4.1 Di atas perhitungannya dapat dilihat pada lampiran, terlihat
bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen 1 yaitu 34.11 dan nilai rata-rata kelas
eksperimen 2 yaitu 33.68 Hal ini berarti kemampuan awal antara kelas eksperimen
1 dan kelas eksperimen 2 relatif sama.
2. Kemampuan Akhir
Siswa
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi Tentang
Runtuhnya Kerajaan Majapahit merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran. Kemampuan akhir diperoleh melalui tes akhir, pelaksanaan
tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran dan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa
menggunakan model Index Card Match dan Make a Match di Kelas XI
IPS SMA Negeri 4 Lubuklinggau. Penelitian dilakukan di dua kelas, yaitu kelas
eksperimen 1
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
7
|
merupakan
kelas yang pembelajarannya dengan menggunakan model Index Card Match dan
kelas eksperimen 2 merupakan kelas yang pembelajarannya dengan menggunakan
model
Make a Match. Dari hasil perhitungan, dapat
dikemukakan rekapitulasi nilai rata-rata dan simpangan baku dari hasil
tes akhir (postes) yang dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Nilai Rata-rata dan Simpngan
Baku Hasil Tes Akhir (Pre-Tes)
Kelas
|
Nilai Rata-rata
|
Simpangan Baku
|
Eksperimen 1
|
80.37
|
10.15
|
Eksperimen 2
|
57.07
|
10.89
|
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus
mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, hasil dapat dilihat pada lampiramn.
Dibandingkan dengan kemampuan awal siswa, terdapat peningkatan hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran.
Hipotesis yang di uji dalam penelitian ini ialah
“perbandingan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Index Card
Match dan Make a Match di Kelas XI IPS SMA Negeri 4 Lubuklinggau”.
Seperti yang sudah dijelaskan pada BAB III sebelum pengujian hipotesis
tersebut, terlebih dahulu menguji normalitas data, selanjutnyas diuji
homogenitas varians antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Setelah
itu menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Untuk memberikan gambaran lebih
jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Diagram Nilai Kenaikan Siswa
57.07
33.68
80.37
34.11
KelasEksperimen
2 Kelas Eksperimen 1
Keterangan
Tes Awal
Tes Akhir
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
8
|
3. Pengujian
Hipotesis
a. Normalitas Sampel
Sebelum analisis statistik dilakukan, perlu dilakukan
pemeriksaan keabsahan sampel yang digunakan, yaitu dengan cara menguji data
penelitian dengan pengujian normalitas dan homogenitas sampel. Hal ini dimaksudkan
agar hasil uji statistik dapat diterima keabsahannya.
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji
normalitas data dengan taraf kepercayaan ∝= 0,05
Jika maka Selanjutnya harga χ2Hitung
dibandingkan dengan χ2Tabel
2
dengan
derajat kebesaran (dk=5) dan kesalahan yang ditetapkan 5%. Bila harga χHitung
lebih kecil dari harga χ2Tabel, maka
distribusi data yang dinyatakan normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak
normal.
Hasil uji normalitas tes awal dan tes
akhir untuk kedua kelompok dapat dilihat pada
tabel 4.3
Tabel 4.3
Uji Normalitas Nilai Tes Awal Dan Tes
Akhir
2
|
Dk
|
2
|
Kesimpulan
|
||
χHitung
|
χTabel
|
||||
Kelas
|
|||||
Eksperimen 1
|
|||||
T. Awal
|
7.70
|
5
|
11,1
|
Normal
|
|
T. Akhir
|
8.73
|
5
|
11,1
|
Normal
|
|
Kelas
|
|||||
Eksperimen 2
|
|||||
T. Awal
|
6.9
|
5
|
11,1
|
Normal
|
|
T. Akhir
|
4.7
|
5
|
11,1
|
Normal
|
Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik
|
dengan menggunakan
|
rumus uji
|
||
2
|
awal maupun tes
akhir
|
untuk kelas
|
||
normalitas data menunjukan nilai χ hitung data tes
|
||||
eksperimen
dan kelas kontrol lebih kecil dari pada
|
2
|
|||
χtabel .
Berdasarkan ketentuan pengujian
|
||||
normalitas
dengan menggunakan uji kecocokan
|
2
|
|||
χ (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa
|
masing-masing kelas
untuk data tes awal maupun tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan
|
= 0,05
|
dan derajat
kebebasan (dk)=n-
|
||||
1,
karena χ2
hitung
|
χ2 tabel.
|
∝
|
||||
b.
Pengujian
|
Homogenitas
|
|||||
<
|
||||||
Setelah
diketahui keempat data dalam sebaran normal, perlu dilakukan pengujian
|
||||||
homogenitas
|
sampel
|
untuk mengetahui
seragam
|
tidaknya
|
varians-varians sampel yang
|
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
9
|
diambil
dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Yang berasal dari populasi
kelas XI IPS SMA Negeri 4 Lubuklinggau pada pelajaran sejarah.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus
nilai Uji Homogenitas, hasil dapat dilihat pada lampiran, jika Fhitung
< Ftabel
maka varians dari keduakelas tersebut
adalah homogen. Hasil
uji homogenitas varians tes awal dan tes akhir pada taraf kepercayaan
∝= 0,05 dapat dilihat pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Uji Homogenitas Nilai
Tes Awal dan Tes Ahir
Fhitung
|
Dk
|
< Ftabel
|
Kesimpulan
|
|
Tes Awal
|
1,03
|
(28:27)
|
1,88
|
Homogen
|
Tes Akhir
|
1,15
|
(28:27)
|
1,88
|
Homogen
|
Pada tabel 4.4 menunjukan bahwa varians kedua kelompok
yang dibandingkan pada tes awal dan tes akhir adalah homogen karena Fhitung
< Ftabel .
c. Menguji Kesamaan
Rata-rata Dua Kelompok
Berdasarkan
hasil uji normalitas dan homogenitas, maka kedua kelompok data tes awal adalah
normal dan homogen. Begitu juga hasil tes akhir adalah normal dan homogen.
Dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 untuk data tes awal maupun ten akhir dapat menggunakan uji-t.
Hasilk uji-t untuk tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes Awal
Dana Tes Ahir
thitung
|
Dk
|
ttabel
|
Kesimpulan
|
||
Tes Awal
|
0,15
|
53
|
2.00
|
thitung
|
ttabel
|
Ho di terima
|
|||||
Tes Ahir
|
8.06
|
53
|
2.00
|
thitung
|
ttabel
|
Ho di tolak
|
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunaan rumus uji
kesamaan dua rata-rata tes awal dan tes akhir, hasil menunjukan bahwa kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 mempunyai kemampuan awal yang dengan taraf
kepercayaan ∝=
0,05.
Setelah diberikan pembelajaran yang berbeda untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol terjadi peningkatan nilai. Peningkatan nilai
tersebut merupakan hasil belajar siswa. Kelas eksperimen 1 diberi pembelajaran
dengan menggunakan model Model Index Card Match Dengan Make a
Match, sedangkan kelas eksperimen 2 diberi pembelaja dengan Model
Make a Match.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
10
|
Berdasarkan hasil analisis uji-t mengenai kemampuaqn
akhir menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa kelas eksperimen 1 lebih baik dari
pada kelas eksperimen 2 pada taraf kepercayaan karena yaitu dan jadi dapat
disimpulkan bahwa ada Perbandingan Hasil Belajar
Siswa Antara Model Index
Card Match Dengan Make a Match
Pada Materi di Kelas XI IPS
SMA
Negeri 4 Lubuklinggau. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model Index Card Match dan Make a Match mempunyai
arti penting dalam meningkatkan hasil belajar sejarah.
4. Pembahasan
penelitian
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di SMA
Negeri 4 Lubuklinggau dan melalui observasi lapangan pada hari sabtu tanggal 18
April 2015 dan informasi dari guru mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS SMA
Negeri 4 Lubuklinggau, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tergolong belum
mencapai KKM yang telah ditetapkan. KKM untuk mata
pelajaran sejarah SMA
Negeri 4 Lubuklinggau yaitu 75. Dari 35
siswa, 15 siswa
mendapatkan
nilai di bawah KKM atau 45 % belum tuntas dan 20 siswa mendapatkan nilai diatas
KKM atau 55 % tuntas. Pada saat wawancara hari Jum’at pukul 09:00 WIB, guru
sejarah Ibu Dra. Yenny Irdiyanti, M.Pd., hanya menggunakan metode konvensional
di dalam proses pembelajaran, akibatnya siswa menjadi bosan dan merasa jenuh
sehingga menurunkan
hasil belajar siswa.
Penelitian yang telah dilaksanakan
pada kelas XI IPS SMA Negeri 4
Lubuklinggau
tahun
pelajaran 2015/2016 dapat dilihat dari perbandingan hasil tes awal (pre-test)
dan tes akhir (post-test) yang diberikan sebelum dan setelah
melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada kedua kelas sampel. Dari hasil
perhitungan, kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama sebelum diberi
penerapan pembelajaran. Pada tahap selanjutnya diberikan perlakuan penerapan
pembelajaran dengan model Index Card Match pada kelas eksperimen 1 dan
kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan Make a Match.
Sebelum melakukan tes awal (pre-test) dan tes
akhir (post-test) maka terlebih dahulu melakukan uji coba instrument
penelitian. Instrument penelitian adalah alat – alat yang digunakan untuk
memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian
atau mencapai tujuan penelitian. Instrumen penelitian memegang peranan yang
sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau
kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas atau
validitas instrumen yang digunakan, di samping prosedur pengumpulan data yang
ditempuh. Hal ini mudah dipahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta
menjadi data, sehingga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang
memadai dalam arti valid dan reliabel maka data yang
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
11
|
diperoleh
akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Sedangkan jika
kualitas instrumen yang digunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan
reliabilitas yang rendah, maka data yang diperoleh juga tidak valid atau tidak
sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang
keliru.
Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak
menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen.
Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-btul dirancang dan dibuat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagai datanya. Setelah
melakukan Uji coba intrumrn maka langkah berikutnya melaksanakan pre-test
atau tes awal, hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang diajukan oleh peneliti sebelum proses pembelajaran
menggunakan model Index Card
Match dan Make a Match.
Langkah selanjutnya melakukan proses penbelajaran dengan
mengunakan model Index Card Match dan Make a Match pada
materi Runtuhnya Kerajaan Majapahit. Model pembelajaran Index Card
Match membuat siswa terbiasa aktif mengikuti pembelajaran sehingga
aktivitas siswa meningkat. Metode ini dapat melatih pola pikir siswa karena
dengan metode ini siswa dilatih kecepatan berpikirnya dalam mempelajari suatu
konsep atau topik melalui pencarian kartu jawaban atau kartu soal. Sedangakan
model pembelajaran Make a Match yaitu pembelajaran menggunakan
kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi soal
dan kartu yang lainnya berisi jawaban dari soal-soal tersebut. Dalam penerapan
model tersebut di harapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa
diberiakan post-test
pada pertemuan berikutnya. Post-test atau tes akhir yang dilakukan
peneliti untuk untuk
mengetahui hasil belajar meningkat atau tidak.
Dari
hasil analisis data tes akhir terdapat
perbedaan hasil belajar antara kelas
|
||
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Ini disebabkan
karena perlakuan pembelajaran yang
|
||
diberikan berbeda. Pada kelas eksperimen 1 diberikan
pembelajaran dengan menggunakan
|
||
model Index Card Match diperoleh nilai rata-rata
84.7 dan standar deviasi 14, 94 sedangkan
|
||
pada
kelas eksperimen 2 diberikan pembelajaran dengan model Make a Match
|
dan diperoleh
|
|
nilai
rata-rata 66,89
|
dan standar deviasi 16,71. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa
|
|
nilai
rata-rata kelas
|
eksperimen 1
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
|
eksperimen 2.
|
Dengan
demikian hipotes yang berbunyi ada perbandingan
|
hasil belajar siswa menggunakan
|
model
pembelajaran Index Card Match dan Make a Match
|
di Kelas XI IPS SMA Negeri 4
|
Lubuklinggau.
|
|
1Mahasiswa
2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
12
|
Hasil belajar siswa kelas eksperimen 1 lebih tinggi
dibandingkan kelas eksperimen 2 karena dipengaruhi oleh keunggulan model
pembelajaran Index Card Match yang diterapkan di kelas eksperimen 1. Di
sebabkan model pembelajaran Index Card Match meningkatkan keaktifan
siswa. Menurut Suprijono (2011:120) mengemukakan bahwa“model pembelajaran
Index
Card Match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu indeks yang ada di tangan mereka”.
Proses pembelajaran ini lebih menarik karena siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini dirancang untuk
siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Konsep pemahaman sangat
diperlukan dalam model pembelajaran ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat dibuktikan “ada perbedaan hasil
belajar siswa antara
model pembelajaran Index Card Match dengan Make a Match pada
materi
Tentang Runtuhnya Kerajaan Majapahit di kelas XI IPS SMA Negeri 4
Lubuklinggau”. Nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen 1 yaitu 34.11
sedangkan nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen 1 yaitu 80.37, berarti
terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar
46.26%. Nilai
rata-rata tes awal kelas eksperimen 2
yaitu 33.68 sedangkan nilai rata-rata
tes
akhir kelas eksperimen 2 yaitu 57.07. Hal ini berarti terjadi peningkatan nilai
rata-rata sebesar 23,.39%. Peningkatan rata-rata kelas eksperimen 1 lebih
tinggi dibandingkan pada kelas eksperimen 2.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
13
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Asep, 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Reneka Cipta.
Aunurrahman. 2013. Belajar
dan Pembelajaran. Bandung : PT. Alfabeta.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-dasar
Kependidikan. Jakarta: Renika Cipta.
Iskandar,
2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika
Cipta Ridwan, 2008. Skala Pengukuran Variabel-variabel penelitian.
Bandung : Alfabeta.
Slameto. 2003. Belajar dan Fator-fator
yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sudijono, Anas. 2013. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Suprijono, Agus.
2011. Coperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta
Wahyudin, Muhammad. 2001. Pengantar Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Wena, Made. 2009. Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontempoler. Jakarta : Bumi Aksara.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
14
|
No comments:
Post a Comment