PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KEMUNDURAN KERAJAAN SRIWIJAYA DI KELAS XI
IPS SMA NEGERI 7 LUBUKLINGGAU
Oleh
Rika Yuningsih1
Yeni Asmara, M.Pd.2
Drs. Jamiluddin, M.Pd.3
ABSTRACT
This
thesis entitled "Effect of Instructional Model Articulation Against
Student Results About setback Sriwijaya kingdom in Class XI IPS SMAN 7
Lubuklinggau". The problem is there any Effect Model Articulation Learning
About Learning Outcomes Against Setbacks Sriwijaya kingdom in Class XI IPS SMAN
7 Lubuklinggau. This type of research is quantitative using an experimental
method with a population of students of class XI IPS SMAN 7 Lubuklinggau
consisting of 2 classes as a sample is a class XI IPS 1 as the control class by
using the conventional model and XI IPS 2 as the experimental class by using
model Articulation , The data collection technique used is the technique of
multiple choice test as many as 20. Based on the analysis of the t-test to
post-test values obtained t = 8.73, while table = 1.67, then H0 is rejected.
This means that the learning outcomes of student learning using a model of
articulation is better than using the conventional model. This means
Articulated models can significantly affect student learning outcomes
peningakatan class XI IPS SMAN 7 Lubuklinggau.
Keywords:
Articulation Model, Learning Outcomes.
PENDAHULUAN
Proses kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan yang sangat penting, yaitu
untuk
melihat berhasil atau tidaknya tujuan pengajaran di sekolah pada saat melaksanakan
kegiatan
belajar mengajar didalam kelas. Adapun permasalahan yang ada yaitu bagaimana
kemampuan
seorang guru dalam memberikan mata pelajaran sejarah kepada siswa, agar siswa
bisa
menerima dengan baik, karena mata pelajaran sejarah sering disebut sebagai
pelajaran
hafalan
dan membosankan. Pembelajaran ini tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan
urutan
peristiwa yang harus diingatkan kembali saat menjawab soal ujian, akibatnya
pelajaran
sejarah
kurang diminati oleh siswa. Disisi lain juga nilai-nilai yang terkandung dalam
sejarah
tidak
dapat dipahami dan diamalkan peserta didik.
Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menyiapkan dan merancang suatu model
pembelajaran
yang akan dilakukan seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan
teknologi
guna terwujudnya tujuan pada nasional secara umum dan tujuan pendidikan sejarah
pada khususnya.
Model pembelajaran merupakan salah
satu
|
komponen utama dalam
|
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
1
|
menciptakan suasana
belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model
pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun
motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.
Di antara model pembelajaran yang dapat
mewujudkan tujuan tersebut adalah model pembelajaran artikulasi. Model
pembelajaran ini adalah suatu model pembelajaran dimana siswa di tuntut untuk
membentuk kelompok yang berpasang-pasangan, kemudian salah seorang dari
kelompok menceritakan materi yang telah disampaikan oleh guru dan yang lain
sebagai pendengar setelah itu berganti peran. Kelebihan model artikulasi
adalah semua siswa terlibat (mendapat peran), melatih kesiapan siswa, melatih
daya serap pemahaman dari orang lain, cocok untuk tugas sederhana, interaksi
lebih mudah, lebih mudah dan cepat membentuknya, meningkatkan partisipasi anak.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran artikulasi yaitu untuk mata
pelajaran tertentu, waktu yang dibutuhkan banyak, materi yang didapat sedikit,
banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide yang
muncul,
jika ada perselisihan tidak ada penengah.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan
peneliti pada hari Sabtu
tanggal 11 April d i SMA Negeri 7 Lubuklinggau dapat diketahui
bahwa hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Sejarah masih rendah, ini
berdasarkan wawancara keterangan dari
Bapak
Heri Hermawan. S.Pd., serta di perlihatkan
data-data yang berupa nilai semester,
khususnya
mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA Negeri 7 Lubuklinggau menunjukkan
bahwa
hasil belajar siswa tergolong belum mencapai (KKM) yang telah ditetapkan. Untuk
mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 7 yaitu 75,
dari banyak siswa yang berjumlah 60
orang hanya 65% atau 39 siswa yang mampu mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sedangkan 35% atau 21 siswa belum mampu mencapai KKM.
Hal ini membutuhkan model pembelajaran yang mampu menghasilkan ke tujuan yang
di capai. Pernyataan guru sejarah di perkuat dengan pernyataan Kepala Sekolah
bapak Sunardi, M.Pd., bahwa
pembelajaran
sejarah di SMA Negeri Tujuh masis di bawah KKM.
Berdasarkan latar
belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut tentang materi “Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi
Terhadap Hasil Belajar Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI
IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Adakah Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Terhadap Hasil Belajar
Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7
Lubuklinggau. ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskrisikan Pengaruh
Model Pembelajaran Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Tentang
Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
2
|
TINJAUAN
PUSTAKA
Model Pembelajaran
meruapakan metode pembelajaran yang menggunakan cara-cara
tertentu,
salah satunya model pemebelajaran Artikulasi.
Model pembelajaran Artikulasi
merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah
diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain
(pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa
dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan
sebagai ‘penyampai pesan.’ Model pembelajaran artikulasi merupakan model
pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk
menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut
mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru
dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini.
Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa model artikulasi ini merupakan model
pembelajaran
yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi
kelompok kecil yang
masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas
mewawancarai
teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman
sangat diperlukan dalam
mode pembelajaran ini. Menurut Agus Suprijono (2011:127)
menyebutkan
bahawa :
Langkah-langkah model pembelajaran artikulasi yaitu sebagai
berikut : a). Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, b). Guru
menyajikan materi sebagaimana biasa, c). Untuk mengetahui daya serap siswa,
bentuklah kelompok berpasangan dua orang, d). Menugaskan salah satu siswa dari
pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya
mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu
juga kelompok lainnya, e). Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak
menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya, f). Guru mengulangi/menjelaskan kembali
materi yang sekiranya belum dipahami siswa, g). Kesimpulan/penutup”.
Menurut Agus Suprijono
(2011:130) menyebutkan kelemahan dan kelebihan model
pembelajaran
artikulasi yaitu sebagai berikut :
Kelemahan model pembelajaran artikulasi yaitu untuk mata
pelajaran tertentu, waktu yang dibutuhkan banyak, materi yang didapat sedikit,
banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide yang
muncul, jika ada perselisihan tidak ada penengah. Sedangkan kelebihan model artikulasi
adalah semua siswa terlibat (mendapat peran), melatih kesiapan siswa, melatih
daya serap pemahaman dari orang lain, cocok untuk tugas sederhana, interaksi
lebih mudah, lebih mudah dan cepat membentuknya, meningkatkan partisipasi anak.
Dari pendapat di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa kelemahan model pembelajaran
artikulasi
yaitu membutukkan waktu yang banyak untuk mata pelajaran
tertentu, sedangkan
kelebihan
model artikulasi adalah melibatkan semua siswa sehingga siswa menjadi
aktif.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
3
|
METODOLOGI
PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
jenis penelitian eksperimen (Eksperimen Research) yang mempunyai
ciri khas adalah menggunakan kelompok kontrol sebagai garis besar untuk
membandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimen. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu satu variabel bebas dan satu
variabel terikat. Pada
variabel bebas disebut
juga variabel pengaruh/penyebab yang berfungsi mempengaruhi
variabel lain. Sedangkan
variabel terikat disebut jiga variabel akibat, menurut fungsinya
variabel
ini dipengaruhi variabel lain.
Variabel Bebas. X :
Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi.
Variabel terikat. Y : Hasil
belajar siswa Materi Kemunduran Kerajaan Sriwijaya
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni, yaitu
jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah baik kaerena memenuhi
persyaran yaitu adanya kelompok lain (kontrol) dan ikut mendapat pengamatan.
Dengan adanya kelompok kontrol dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan
dengan yang tidak mendapat perlakuan (Arikunto, 2006:86).
Metode eksperimen merupakan metode yang
menggungkapkan hubungan antara dua variabel untuk mencari pengaruh yang
diakibatkan oleh variabel bebas terhadap variabel
terikat. Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu model pembelajaran
bertukar pasangan sebagai
variabel bebas dan hasil belajar sebagai variabel terikat. Desain penelitian
ini berbentuk control group pre-test-post-test.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7
Lubuklinggau Tahun
Ajaran 2014/2015 berjumlah 72 siswa yang terdiri dari t iga kelas.
Dalam
penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random
atau acak
kelas teknik ini
dilakukan karena tiap kelas dari seluruh subjek mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel. Teknik ini memungkinkan setiap anggota
populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil menjadi sampel penelitian, karena
pengambilan sampel melakukan random atau secara acak. Dengan melakukan
pengundian dengan cara random atau acak ini, dengan menggunakan teknik ini maka
terpilih sebagai sampel Kelas eksperimen dan kelas kontrol. Secara rinci
langka-langka random sample sampel penelitian adalah kelas XI IPS
1 sebagai Kelas Eksperimen berjumlah 23 siswa dan kelas XI IPS 2 sebagai
Kelas Kontrol berjumlah 24.
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan
dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengupulan data berupa teknik
tes. Tes ini berbentuk ganda yang berjumlah 30 soal.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
4
|
Sesuai dengan desain
penelitian maka teknik analisa data terhadap hasil belajar yang akan dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan uji-t atau uji kesamaan dua rata-rata.
HASIL
PENELITIAN
1.
Kemampuan Awal Siswa
Pelaksanaan
Prer-Test (tes awal) bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya. Pelaksanaan pre-test
dilakukan pada pertemuan pertama yang diikuti sebanyak 24 siswa pada kelas
eksperimen dan 23 siswa pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan tes
awal kelas eksperimen dan hasil penelitian tes awal kelas konbtrol pada
lampiran. Rekapitilasi nilai rata-rata dan simpangan baku dari pre-test dapat
dilihat pada table. 4.1
Tabel. 4.1.
Nilai Rata-rata dan
Simpngan Baku Hasil Tes Awal (Pre-Tes)
Kelas
|
Nilai
Rata-rata
|
Simpangan
Baku
|
Eksperimen
|
37.31
|
10.44
|
Kontrol
|
37.00
|
1010
|
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, hasil dapat
dilihat pada lampiran pada tabel 8. Di atas perhitungannya dapat dilihat pada
lampiran, terlihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen 37.31 dan nilai
rata-rata kelas kontrol 37.00 Hal ini berarti kemampuan awal antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol relatif sama.
2.
Kemampuan Akhir Siswa
Kemampuan
akhir siswa dalam penguasaan materi Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya merupakan
hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan akhir
diperoleh melalui tes akhir, pelaksanaan tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui
hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran artikulasi terhadap hasil belajar siswa
tentang Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7 lubuklinggau.
Penelitian dilakukan di dua kelas, yaitu kelas eksperimen merupakan kelas yang
pembelajarannya dengan menggunakan model Artikulasi dan kelas kontrol
merupakan kelas yang pembelajarannya dengan menggunakan metode ceramah
bervariasi.
Dari hasil perhitungan, dapat dikemukakan
rekapitulasi nilai rata-rata dan simpangan baku dari hasil tes akhir (postes)
yang dapat dilihat pada tabel 4.2.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
5
|
Tabel 4.2.
Nilai Rata-rata
dan Simpngan Baku Hasil Tes Awal (Pre-Tes)
Kelas
|
Nilai
Rata-rata
|
Simpangan
Baku
|
Eksperimen
|
82.31
|
10.44
|
Kontrol
|
57.00
|
10.10
|
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, hasil dapat
dilihat pada lampiran. Dibandingkan dengan kemampuan awal siswa, terdapat
peningkatan hasil belajar pada kemampuan akhir siswa setelah mengikuti pembelajaran.
Hipotesis yang di uji dalam penelitian ini ialah “Pengaruh Model Pembelajaran
Artikulasi Terhadap Hasil Belajar
Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7
Lubuklinggau.
Seperti yang sudah dijelaskan pada BAB III
sebelum pengujian hipotesis tersebut, terlebih dahulu menguji normalitas data,
selanjutnyas diuji homogenitas vcarians antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Setelah itu menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t.
3.
Pengujian Hipotesis
a.
Normalitas Sampel
Sebelum analisis statistik dilakukan, perlu
dilakukan pemeriksaan keabsahan sampel yang digunakan, yaitu dengan cara
menguji data penelitian dengan pengujian normalitas dan homogenitas sampel. Hal
ini dimaksudkan agar hasil uji statistik dapat diterima keabsahannya.
Berdasarkan
ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf
kepercayaan = 0,05 Jika maka Selanjutnya harga χ2Hitung dibandingkan dengan χ2Tabel dengan derajat
kebesaran (dk=5) dan kesalahan yang ditetapkan 5%. Bila harga χ2 Hitung lebih kecil dari harga χ2Tabel, maka distribusi data yang dinyatakan normal, dan bila
lebih besar dinyatakan tidak normal. Hasil uji normalitas tes awal dan tes
akhir untuk kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3.
Uji Normalitas
Nilai Tes Awal Dan Tes Akhir
2
|
Dk
|
2
|
Kesimpulan
|
||||
χHitung
|
χTabel
|
||||||
Kelas
|
|||||||
Eksperimen
|
|||||||
T.
Awal
|
6.1
|
5
|
11.1
|
Normal
|
|||
T. Akhir
|
6.6
|
5
|
11.1
|
Normal
|
|||
Kelas
Kontrol
|
|||||||
T.
Awal
|
4.9
|
5
|
11.1
|
Normal
|
|||
T. Akhir
|
4.9
|
5
|
11.1
|
Normal
|
|||
1Mahasiswa
2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
6
|
Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik
|
dengan menggunakan
|
rumus uji
|
||
2
|
awal
maupun tes akhir
|
untuk kelas
|
||
normalitas data menunjukan nilai χ hitung
data tes
|
||||
eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada
|
2
|
|||
χtabel
. Berdasarkan ketentuan pengujian
|
||||
normalitas dengan menggunakan uji kecocokan
|
2
|
|||
χ (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa
|
masing-masing
kelas untuk data tes awal maupun tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal pada taraf
kepercayaan
|
=
0,05 dan derajat kebebasan (dk)=n-
|
||||||
1, karena χ2 hitung
|
χ2
tabel.
|
.
|
∝
|
||||
b. Pengujian
|
Homogenitas
|
||||||
<
|
|||||||
Setelah
|
diketahui
|
keempat
|
data dalam sebaran normal, perlu dilakukan
pengujian
|
||||
homogenitas sampel untuk mengetahui seragam tidaknya
varians-varians sampel yang diambil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Yang berasal dari populasi kelas XI SMA Negeri 7 Lubuklinggau pada pelajaran
sejarah.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus nilai Uji Homogenitas, hasil dapat dilihat pada lampiran, jika Fhitung < Ftabel maka varians dari keduakelas tersebut
adalah
homogen. Hasil uji homogenitas varians tes awal dan tes akhir pada taraf
kepercayaan
∝= 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4.
Hasil Uji
Homogenitas Nilai Tes Awal dan Tes Ahir
Fhitung
|
Dk
|
< Ftabel
|
Kesimpulan
|
|
Tes
Awal
|
1.06
|
(24:23)
|
2.04
|
Homogen
|
Tes
Akhir
|
1.06
|
(24:23)
|
2.04
|
Homogen
|
Pada tabel 11 menunjukan bahwa varians
kedua kelompok yang dibandingkan pada tes awal dan tes akhir adalah homogen
karena Fhitung < Ftabel .
c.
Menguji Kesamaan Rata-rata Dua Kelompok
Berdasarkan
hasil uji normalitas dan homogenitas, maka kedua kelompok data tes awal adalah
normal dan homogen. Begitu juga hasil tes akhir adalah normal dan homogen.
Dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk data tes awal maupun ten akhir dapat menggunakan uji-t. Hasilk
uji-t untuk tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Uji Kesamaan
Dua Rata-rata Tes Awal Dana Tes Ahir
thitung
|
Dk
|
ttabel
|
Kesimpulan
|
||||||
Tes Awal
|
0.11
|
45
|
1,67
|
thitung
|
ttabel
|
Ho di terima
|
|||
Tes Ahir
|
8.73
|
45
|
1,67
|
thitung
|
ttabel
|
Ho di tolak
|
|||
1Mahasiswa 2
dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016
|
7
|
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunaan rumus uji kesamaan dua rata-rata tes awal dan tes akhir, hasil menunjukan
bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang dengan
taraf kepercayaan = 0,05.
Setelah diberikan pembelajaran yang berbeda
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol terjadi peningkatan nilai. Peningkatan
nilai tersebut merupakan hasil belajar siswa. Kelas eksperimen diberi
pembelajaran dengan menggunakan model Artikulasi, sedangkan kelas
kontrol diberi pembelaja dengan metode ceramah bervariasi.
Berdasarkan hasil analisis uji-t mengenai
kemampuaqn akhir menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa model Artikulasi
secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan hasdil belajar siswa. Hal
ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Artikualsi
mempunyai arti penting dalam meningkatkan hasil belajar sejarah.
4. Pembahasan penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan pada
kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 dapat dilihat
dari perbandingan hasil tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test)
yang diberikan sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada
kedua kelas sampel. Dari hasil perhitungan, kedua kelas memiliki kemampuan awal
yang sama sebelum diberi penerapan pembelajaran. Pada tahab selanjutnya
diberikan perlakuan penerapan pembelajaran dengan model Artikulasi pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan metode
ceramah.
Berdasarkan
studi pendahuluan yang penulis lakukan di SMA Negeri 7 Lubuklinggau pada hari senin
tanggal 10 April 2015 dari hasil wawancara guru mata pelajaran sejarah bapak
Heri Hermawan, SP.d. di kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau, menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa tergolong belum mencapai KKM yang telah ditetapkan.
KKM untuk mata pelajaran sejarah SMA Negeri 7 Lubuklinggau yaitu 75. Dari 72
siswa, 21 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM atau 35 % belum tuntas dan 39
siswa mendapatkan nilai nilai diatas KKM atau 65 % tuntas.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian
ini yaitu adakah Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Terhadap Hasil
Belajar Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri
7 Lubuklinggau. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran Artikulasi dan kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan
metode ceramah bervariasi.
Pada pembelajaran pertama dengan
menggunakan model Artikulasi yaitu guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai, guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
8
|
Untuk mengetahui daya
serap siswa, guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari dua orang
berpasangan. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi
yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan
kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya. Menugaskan siswa
secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya. Guru
mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
Kesimpulan/penutup. Pada pertemuan ini masih banyak siswa yang belum mampu
menyelesaikan tugasnya. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dan masih
bingung tentang pembelajaran menggunakan Artikulasi .
Pada
pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran masih seperti pertemuan sebelumnya.
Tetapi dalam pertemuan kedua ini siswa lebih memahami dalam proses
pembelajaran. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran sudah mulai baik. Hal
ini dilihat dari sebagian besar siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Pelaksanaan pembelajaran pada awalnya
mengalami sedikit hambatan karena bagi guru dan siswa merupakan pembelajaran
yang baru dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan pengaturan
tiap pasangan agar sesuai dengan langkah kegiatan model
Artikulasi. Namun hambatan yang
terjadi pada pertemuan pertama ini tidak terjadi lagi karena pada
pertemuan-pertemuan berikutnya karena siswa sudah merasa mulai mengerti dan
menyenangi kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hal ini membuat siswa menjadi
termotivasi dan lebih fokus dengan pembelajaran menggunakan model Artikulasi
ini.
Selanjutnya
pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol, pembelajaran yang
menggunakan metode ceramah variasi. Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran
siswa banyak bercerita dengan teman sebangkunya, tidak memperhatikan penjelasan
guru. Hanya siswa tertentu yang memperhatikan guru saat menjelaskan materi.
Kegiatan ini lebih berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak
aktif dalam belajar pada saat guru menanyakan siapa yang belum paham, siswa
hanya diam sehingga membuat guru kurang mengetahui batas pemahaman siswa.
Dari hasil analisis data tes akhir terdapat
perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ini
disebabkan karena perlakuan pembelajaran yang diberikan berbeda. Pada kelas
eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan model
Artikulasi diperoleh nilai rata-rata
82.31 sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan metode
ceramah dan diperoleh nilai rata-rata 57.00. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
9
|
kontrol. Dengan demikian
hipotes yang berbunyi ada Pengaruh
Model Pembelajaran
Artikulasi Terhadap Hasil Belajar
Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7
Lubuklinggau.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dapat dibuktikan “ada Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Terhadap
Hasil Belajar Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA
Negeri 7 Lubuklinggau”. Nilai rata-rata tes awal kelas Esperimen 37.31.
sedangkan nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen 82.31 berarti terjadi
peningkatan nilai rata-rata sebesar 45%. Nilai rata-rata tes awal kelas kontrol
37.00 sedangkan nilai rata-rata tes akhir kelas kontrol 57.00, Hal ini berarti
terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 20%. Peningkatan rata-rata kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Karena pada kelas
eksperimen menggunakan model sehingga siswa lebih tertarik dari pada yang
menggunakan konvensional.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
10
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka
Cipta.
Aunurrahman.
2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT. Alfabeta.
Dimyati dan Mudjiono.
2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Ihsan,
Fuad. 2010. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Renika Cipta.
Isjoni. 2007. Pembelajaran
Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Iskandar, 2013. Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta : Referensi Margono, S. 2005. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta
Sanjaya, Wena. 2005. Pembelajaran dalam
Imlementasi Kurikulum Berbasis Kompetisi. Jakarta : PT. Kencana.
Slameto. 2003. Belajar dan Fator-fator yang mempengruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif,Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suhana, Hanafiah.
2010. Konsep strategi pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama Sukmadinata.
2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Sudijono,
Anas. 1999. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada Suprijono, Agus. 2011. Coperative Learning, Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontempoler. Jakarta : Bumi Aksara.
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi
Pendidikan Sejarah/2016
|
11
|
No comments:
Post a Comment