RIZKIE ABANGNYA ERIEL PUTRA ASLI LUBUKLINGGAU

Thursday, May 26, 2016

JURNAL : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KEMUNDURAN KERAJAAN SRIWIJAYA DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 7 LUBUKLINGGAU




PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KEMUNDURAN KERAJAAN SRIWIJAYA DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 7 LUBUKLINGGAU

Oleh
Rika Yuningsih1
Yeni Asmara, M.Pd.2
Drs. Jamiluddin, M.Pd.3


ABSTRACT

This thesis entitled "Effect of Instructional Model Articulation Against Student Results About setback Sriwijaya kingdom in Class XI IPS SMAN 7 Lubuklinggau". The problem is there any Effect Model Articulation Learning About Learning Outcomes Against Setbacks Sriwijaya kingdom in Class XI IPS SMAN 7 Lubuklinggau. This type of research is quantitative using an experimental method with a population of students of class XI IPS SMAN 7 Lubuklinggau consisting of 2 classes as a sample is a class XI IPS 1 as the control class by using the conventional model and XI IPS 2 as the experimental class by using model Articulation , The data collection technique used is the technique of multiple choice test as many as 20. Based on the analysis of the t-test to post-test values obtained t = 8.73, while table = 1.67, then H0 is rejected. This means that the learning outcomes of student learning using a model of articulation is better than using the conventional model. This means Articulated models can significantly affect student learning outcomes peningakatan class XI IPS SMAN 7 Lubuklinggau.

Keywords: Articulation Model, Learning Outcomes.


PENDAHULUAN

Proses kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang sangat penting, yaitu

untuk melihat berhasil atau tidaknya tujuan pengajaran di sekolah  pada saat melaksanakan

kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Adapun permasalahan yang ada yaitu bagaimana

kemampuan seorang guru dalam memberikan mata pelajaran sejarah kepada siswa, agar siswa

bisa menerima dengan baik, karena mata pelajaran sejarah sering disebut sebagai pelajaran

hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan

urutan peristiwa yang harus diingatkan kembali saat menjawab soal ujian, akibatnya pelajaran

sejarah kurang diminati oleh siswa. Disisi lain juga nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah

tidak dapat dipahami dan diamalkan peserta didik.

Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan dan merancang suatu model

pembelajaran yang akan dilakukan seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan

teknologi guna terwujudnya tujuan pada nasional secara umum dan tujuan pendidikan sejarah

pada khususnya.  Model pembelajaran merupakan salah  satu
komponen utama dalam
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016
1



menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Di antara model pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan tersebut adalah model pembelajaran artikulasi. Model pembelajaran ini adalah suatu model pembelajaran dimana siswa di tuntut untuk membentuk kelompok yang berpasang-pasangan, kemudian salah seorang dari kelompok menceritakan materi yang telah disampaikan oleh guru dan yang lain sebagai pendengar setelah itu berganti peran. Kelebihan model artikulasi adalah semua siswa terlibat (mendapat peran), melatih kesiapan siswa, melatih daya serap pemahaman dari orang lain, cocok untuk tugas sederhana, interaksi lebih mudah, lebih mudah dan cepat membentuknya, meningkatkan partisipasi anak. Sedangkan kelemahan model pembelajaran artikulasi yaitu untuk mata pelajaran tertentu, waktu yang dibutuhkan banyak, materi yang didapat sedikit, banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide yang

muncul, jika ada perselisihan tidak ada penengah.

Berdasarkan  hasil  observasi awal yang  dilakukan  peneliti  pada hari Sabtu

tanggal 11 April d i SMA Negeri 7 Lubuklinggau dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Sejarah masih rendah, ini berdasarkan wawancara keterangan dari

Bapak Heri Hermawan. S.Pd., serta di perlihatkan  data-data yang berupa nilai semester,

khususnya mata pelajaran sejarah di kelas XI SMA Negeri 7 Lubuklinggau menunjukkan

bahwa hasil belajar siswa tergolong belum mencapai (KKM) yang telah ditetapkan. Untuk

mata  pelajaran sejarah di SMA Negeri 7 yaitu 75, dari banyak siswa yang berjumlah 60

orang hanya 65% atau 39 siswa yang mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sedangkan 35% atau 21 siswa belum mampu mencapai KKM. Hal ini membutuhkan model pembelajaran yang mampu menghasilkan ke tujuan yang di capai. Pernyataan guru sejarah di perkuat dengan pernyataan Kepala Sekolah bapak Sunardi, M.Pd., bahwa

pembelajaran sejarah di SMA Negeri Tujuh masis di bawah KKM.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

lebih lanjut tentang materi “Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau. ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskrisikan Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau.

1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016
2



TINJAUAN PUSTAKA

Model Pembelajaran meruapakan metode pembelajaran yang menggunakan cara-cara

tertentu, salah satunya model pemebelajaran Artikulasi.

Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’ Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model artikulasi ini merupakan model

pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi

kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas

mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman

sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini. Menurut Agus Suprijono (2011:127)

menyebutkan bahawa :

Langkah-langkah model pembelajaran artikulasi yaitu sebagai berikut : a). Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, b). Guru menyajikan materi sebagaimana biasa, c). Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang, d). Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya, e). Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya, f). Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa, g). Kesimpulan/penutup”.

Menurut Agus Suprijono (2011:130) menyebutkan kelemahan dan kelebihan model

pembelajaran artikulasi yaitu sebagai berikut :

Kelemahan model pembelajaran artikulasi yaitu untuk mata pelajaran tertentu, waktu yang dibutuhkan banyak, materi yang didapat sedikit, banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide yang muncul, jika ada perselisihan tidak ada penengah. Sedangkan kelebihan model artikulasi adalah semua siswa terlibat (mendapat peran), melatih kesiapan siswa, melatih daya serap pemahaman dari orang lain, cocok untuk tugas sederhana, interaksi lebih mudah, lebih mudah dan cepat membentuknya, meningkatkan partisipasi anak.

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kelemahan model pembelajaran

artikulasi yaitu membutukkan waktu yang banyak untuk mata pelajaran tertentu, sedangkan

kelebihan model artikulasi adalah melibatkan semua siswa sehingga siswa menjadi aktif.



1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016
3



METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian eksperimen (Eksperimen Research) yang mempunyai ciri khas adalah menggunakan kelompok kontrol sebagai garis besar untuk membandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimen. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Pada

variabel  bebas disebut  juga  variabel  pengaruh/penyebab yang berfungsi  mempengaruhi

variabel lain. Sedangkan variabel terikat disebut jiga variabel akibat, menurut fungsinya

variabel ini dipengaruhi variabel lain.

Variabel Bebas. X             : Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi.

Variabel terikat. Y             : Hasil belajar siswa Materi Kemunduran Kerajaan Sriwijaya

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni, yaitu

jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah baik kaerena memenuhi persyaran yaitu adanya kelompok lain (kontrol) dan ikut mendapat pengamatan. Dengan adanya kelompok kontrol dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan yang tidak mendapat perlakuan (Arikunto, 2006:86).

Metode eksperimen merupakan metode yang menggungkapkan hubungan antara dua variabel untuk mencari pengaruh yang diakibatkan oleh variabel bebas terhadap variabel

terikat. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu model pembelajaran

bertukar pasangan sebagai variabel bebas dan hasil belajar sebagai variabel terikat. Desain penelitian ini berbentuk control group pre-test-post-test.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7

Lubuklinggau Tahun Ajaran 2014/2015 berjumlah 72 siswa yang terdiri dari t iga kelas.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random atau acak

kelas teknik ini dilakukan karena tiap kelas dari seluruh subjek mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Teknik ini memungkinkan setiap anggota

populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil menjadi sampel penelitian, karena pengambilan sampel melakukan random atau secara acak. Dengan melakukan pengundian dengan cara random atau acak ini, dengan menggunakan teknik ini maka terpilih sebagai sampel Kelas eksperimen dan kelas kontrol. Secara rinci langka-langka random sample sampel penelitian adalah kelas XI IPS 1 sebagai Kelas Eksperimen berjumlah 23 siswa dan kelas XI IPS 2 sebagai Kelas Kontrol berjumlah 24.

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengupulan data berupa teknik tes. Tes ini berbentuk ganda yang berjumlah 30 soal.


1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016
4



Sesuai dengan desain penelitian maka teknik analisa data terhadap hasil belajar yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji-t atau uji kesamaan dua rata-rata.

HASIL PENELITIAN

1. Kemampuan Awal Siswa

Pelaksanaan Prer-Test (tes awal) bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya. Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yang diikuti sebanyak 24 siswa pada kelas eksperimen dan 23 siswa pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan tes awal kelas eksperimen dan hasil penelitian tes awal kelas konbtrol pada lampiran. Rekapitilasi nilai rata-rata dan simpangan baku dari pre-test dapat dilihat pada table. 4.1

Tabel. 4.1.

Nilai Rata-rata dan Simpngan Baku Hasil Tes Awal (Pre-Tes)

Kelas
Nilai Rata-rata
Simpangan Baku
Eksperimen
37.31
10.44
Kontrol
37.00
1010

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, hasil dapat dilihat pada lampiran pada tabel 8. Di atas perhitungannya dapat dilihat pada lampiran, terlihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen 37.31 dan nilai rata-rata kelas kontrol 37.00 Hal ini berarti kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama.

2. Kemampuan Akhir Siswa

Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan akhir diperoleh melalui tes akhir, pelaksanaan tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran artikulasi terhadap hasil belajar siswa tentang Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7 lubuklinggau. Penelitian dilakukan di dua kelas, yaitu kelas eksperimen merupakan kelas yang pembelajarannya dengan menggunakan model Artikulasi dan kelas kontrol merupakan kelas yang pembelajarannya dengan menggunakan metode ceramah bervariasi.

Dari hasil perhitungan, dapat dikemukakan rekapitulasi nilai rata-rata dan simpangan baku dari hasil tes akhir (postes) yang dapat dilihat pada tabel 4.2.



1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016
5



Tabel 4.2.

Nilai Rata-rata dan Simpngan Baku Hasil Tes Awal (Pre-Tes)

Kelas
Nilai Rata-rata
Simpangan Baku
Eksperimen
82.31
10.44
Kontrol
57.00
10.10

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, hasil dapat dilihat pada lampiran. Dibandingkan dengan kemampuan awal siswa, terdapat peningkatan hasil belajar pada kemampuan akhir siswa setelah mengikuti pembelajaran. Hipotesis yang di uji dalam penelitian ini ialah “Pengaruh Model Pembelajaran

Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau.

Seperti yang sudah dijelaskan pada BAB III sebelum pengujian hipotesis tersebut, terlebih dahulu menguji normalitas data, selanjutnyas diuji homogenitas vcarians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah itu menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t.

3. Pengujian Hipotesis

a. Normalitas Sampel

Sebelum analisis statistik dilakukan, perlu dilakukan pemeriksaan keabsahan sampel yang digunakan, yaitu dengan cara menguji data penelitian dengan pengujian normalitas dan homogenitas sampel. Hal ini dimaksudkan agar hasil uji statistik dapat diterima keabsahannya.

Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan = 0,05 Jika maka Selanjutnya harga χ2Hitung dibandingkan dengan χ2Tabel dengan derajat kebesaran (dk=5) dan kesalahan yang ditetapkan 5%. Bila harga χ2 Hitung lebih kecil dari harga χ2Tabel, maka distribusi data yang dinyatakan normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal. Hasil uji normalitas tes awal dan tes akhir untuk kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3.

Uji Normalitas Nilai Tes Awal Dan Tes Akhir



2
Dk
2
Kesimpulan




χHitung
χTabel



Kelas







Eksperimen







T. Awal
6.1
5
11.1
Normal



T. Akhir
6.6
5
11.1
Normal



Kelas Kontrol







T. Awal
4.9
5
11.1
Normal



T. Akhir
4.9
5
11.1
Normal


1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016

6




Berdasarkan  ketentuan  perhitungan  statistik
dengan  menggunakan
rumus  uji

2

awal maupun tes akhir
untuk kelas

normalitas data menunjukan nilai χ hitung data tes

eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada
2



χtabel . Berdasarkan ketentuan pengujian

normalitas dengan menggunakan uji kecocokan
2



χ (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa

masing-masing kelas untuk data tes awal maupun tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan
= 0,05 dan derajat kebebasan (dk)=n-

1,  karena  χ2 hitung

χ2 tabel.
.

b. Pengujian
Homogenitas





< 




Setelah
diketahui
keempat
data dalam sebaran normal, perlu dilakukan pengujian










homogenitas sampel untuk mengetahui seragam tidaknya varians-varians sampel yang diambil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Yang berasal dari populasi kelas XI SMA Negeri 7 Lubuklinggau pada pelajaran sejarah.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus nilai Uji Homogenitas, hasil dapat dilihat pada lampiran, jika Fhitung < Ftabel maka varians dari keduakelas tersebut
adalah homogen. Hasil uji homogenitas varians tes awal dan tes akhir pada taraf kepercayaan
= 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4.
Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Awal dan Tes Ahir


Fhitung
Dk
< Ftabel
Kesimpulan
Tes Awal
1.06
(24:23)
2.04
Homogen
Tes Akhir
1.06
(24:23)
2.04
Homogen

Pada tabel 11 menunjukan bahwa varians kedua kelompok yang dibandingkan pada tes awal dan tes akhir adalah homogen karena Fhitung < Ftabel .

c. Menguji Kesamaan Rata-rata Dua Kelompok

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas, maka kedua kelompok data tes awal adalah normal dan homogen. Begitu juga hasil tes akhir adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal maupun ten akhir dapat menggunakan uji-t. Hasilk uji-t untuk tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes Awal Dana Tes Ahir




thitung

Dk
ttabel

Kesimpulan

Tes Awal
0.11

45

1,67
thitung
ttabel
Ho di terima

Tes Ahir
8.73

45

1,67
thitung
ttabel
Ho di tolak
1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016


7



Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunaan rumus uji kesamaan dua rata-rata tes awal dan tes akhir, hasil menunjukan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang dengan taraf kepercayaan = 0,05.

Setelah diberikan pembelajaran yang berbeda untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol terjadi peningkatan nilai. Peningkatan nilai tersebut merupakan hasil belajar siswa. Kelas eksperimen diberi pembelajaran dengan menggunakan model Artikulasi, sedangkan kelas kontrol diberi pembelaja dengan metode ceramah bervariasi.

Berdasarkan hasil analisis uji-t mengenai kemampuaqn akhir menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa model Artikulasi secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan hasdil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Artikualsi mempunyai arti penting dalam meningkatkan hasil belajar sejarah.

4.  Pembahasan penelitian

Penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 dapat dilihat dari perbandingan hasil tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) yang diberikan sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada kedua kelas sampel. Dari hasil perhitungan, kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama sebelum diberi penerapan pembelajaran. Pada tahab selanjutnya diberikan perlakuan penerapan pembelajaran dengan model Artikulasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan metode ceramah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di SMA Negeri 7 Lubuklinggau pada hari senin tanggal 10 April 2015 dari hasil wawancara guru mata pelajaran sejarah bapak Heri Hermawan, SP.d. di kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tergolong belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. KKM untuk mata pelajaran sejarah SMA Negeri 7 Lubuklinggau yaitu 75. Dari 72 siswa, 21 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM atau 35 % belum tuntas dan 39 siswa mendapatkan nilai nilai diatas KKM atau 65 % tuntas.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu adakah Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Artikulasi dan kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan metode ceramah bervariasi.
Pada pembelajaran pertama dengan menggunakan model Artikulasi yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan materi sebagaimana biasa.

1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016
8



Untuk mengetahui daya serap siswa, guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari dua orang berpasangan. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa. Kesimpulan/penutup. Pada pertemuan ini masih banyak siswa yang belum mampu menyelesaikan tugasnya. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dan masih bingung tentang pembelajaran menggunakan Artikulasi .

Pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran masih seperti pertemuan sebelumnya. Tetapi dalam pertemuan kedua ini siswa lebih memahami dalam proses pembelajaran. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran sudah mulai baik. Hal ini dilihat dari sebagian besar siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Pelaksanaan pembelajaran pada awalnya mengalami sedikit hambatan karena bagi guru dan siswa merupakan pembelajaran yang baru dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan pengaturan tiap pasangan agar sesuai dengan langkah kegiatan model

Artikulasi. Namun hambatan yang terjadi pada pertemuan pertama ini tidak terjadi lagi karena pada pertemuan-pertemuan berikutnya karena siswa sudah merasa mulai mengerti dan menyenangi kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hal ini membuat siswa menjadi termotivasi dan lebih fokus dengan pembelajaran menggunakan model Artikulasi ini.

Selanjutnya pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol, pembelajaran yang menggunakan metode ceramah variasi. Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran siswa banyak bercerita dengan teman sebangkunya, tidak memperhatikan penjelasan guru. Hanya siswa tertentu yang memperhatikan guru saat menjelaskan materi. Kegiatan ini lebih berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak aktif dalam belajar pada saat guru menanyakan siapa yang belum paham, siswa hanya diam sehingga membuat guru kurang mengetahui batas pemahaman siswa.

Dari hasil analisis data tes akhir terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ini disebabkan karena perlakuan pembelajaran yang diberikan berbeda. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan model

Artikulasi diperoleh nilai rata-rata 82.31 sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan metode ceramah dan diperoleh nilai rata-rata 57.00. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas

1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016
9



kontrol. Dengan demikian hipotes yang berbunyi   ada Pengaruh Model Pembelajaran

Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dibuktikan “ada Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Tentang Kemunduran Kerajaan Sriwijaya di Kelas XI IPS SMA Negeri 7 Lubuklinggau”. Nilai rata-rata tes awal kelas Esperimen 37.31. sedangkan nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen 82.31 berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 45%. Nilai rata-rata tes awal kelas kontrol 37.00 sedangkan nilai rata-rata tes akhir kelas kontrol 57.00, Hal ini berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 20%. Peningkatan rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Karena pada kelas eksperimen menggunakan model sehingga siswa lebih tertarik dari pada yang menggunakan konvensional.







































1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016
10



DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT. Alfabeta.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Renika Cipta.
Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Iskandar, 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta : Referensi Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta

Sanjaya, Wena. 2005. Pembelajaran dalam Imlementasi Kurikulum Berbasis Kompetisi. Jakarta : PT. Kencana.

Slameto. 2003. Belajar dan Fator-fator yang mempengruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suhana, Hanafiah. 2010. Konsep strategi pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Sudijono, Anas. 1999. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Suprijono, Agus. 2011. Coperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontempoler. Jakarta : Bumi Aksara.





















1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah/2016
11

No comments:

Post a Comment